Kebergantungan Belanja Fiskal Direm

JAKARTA – Inflasi pada April lalu terakselerasi, baik dari bulan sebelumnya (mtm) maupun periode sama tahun lalu (yoy). Kondisi tersebut mengindikasikan konsumsi masyarakat sudah mulai meningkat pada Ramadan tahun ini. Sebagai perbandingkan, pada April tahun lalu bertepatan dengan momen Ramadan, tetapi konsumsi turun akibat dampak pandemi Covid-19.

Namun, Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, menilai kondisi tersebut bukan mengindikasikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2021 positif, mengingat sejumlah indikator masih negatif. Pertumbuhan ekonomi periode tiga bulan pertama tahun ini diprediksi sekitar minus satu persen.

Prediksi kontraksi pertumbuhan pada triwulan I itu, lanjut Eko, bakal memengaruhi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2021 yang ditargetkan sebesar 7 persen, jauh dari periode yang sama tahun lalu yang masih minus 5,32 persen. “Jika ekonomi triwulan I seperti itu artinya bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi triwulan berikutnya dan bahkan secara tahunan,” ujar Eko dalam diskusi virtual di Jakarta, Senin (3/5).

Menurut Eko, untuk bisa mendapatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen pada triwulan II dan triwulan berikutnya, tidak cukup hanya mengandalkan dorongan belanja fiskal. Untuk itu, diperlukan upaya mengalirkan likuiditas kredit ke perekonomian secara memadai.

Eko menilai pertumbuhan penyaluran kredit masih rendah sehingga dikhawatirkan menjadi batu sandungan terhadap pemulihan perekonomian. Saat ini, permintaan kredit dari sektor usaha masih terbatas.

Di sisi lain, ruang penurunan bunga kredit masih terbuka seiring melebarnya rentang atau spread dengan bunga deposito.

Dunia usaha, lanjut Eko, memang belum akan melakukan ekspansi selama pandemi belum teratasi. Karena itu, kunci mencapai target pertumbuhan ekonomi pada 2021 adalah pada penanganan pandemi.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada April lalu mencapai 0,13 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan catatan pada Maret lalu sebesar 0,08 persen dan April 2020 sebesar 0,08 persen. Secara tahunan (yoy), inflasi pada April lalu tercatat sebesar 1,42 persen, lebih tinggi dibandingkan capaian pada Maret 1,37 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, mengatakan inflasi masih dipengaruhi oleh kenaikan tipis harga bahan makanan, seperti daging ayam ras, minyak goreng, jeruk, anggur, pepaya, rokok kretek filter, dan ikan segar. “Selain itu, terdapat pola musiman jelang Lebaran yang ikut menyumbang inflasi yaitu kenaikan harga emas perhiasan,” imbuhnya.

Belanja Meningkat

Sementara itu, Muhammad Azzam dari Data Analyst mencatat berdasarkan data pembicara orang di media sosial, tren belanja online meningkat tiga kali lipat selama Ramadan. “Selama Ramadan indeks konsumsi naik 17 persen dari kondisi normal,” ucapnya.

Selama Ramadan, lanjut Azzam, terjadi perubahan pola konsumsi dengan rincian belanja pakaian meningkat 47 persen dan rumah tangga 18 persen.

Sumber : Koran-Jakarta.com
Tgl : 4 mei 2021

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only