Pasar otomotif selalu mengikuti pertumbuhan ekonomi nasional
Setelah disergap kinerja suram sepanjang tahun lalu, kini mulai terbit harapan terjadinya recovery ekonomi makro. Hal itu seiring dengan pelonggaran aktivitas ekonomi dan meningkatnya daya beli masyarakat.
Pasar mobil di Indonesia ambruk akibat meruyaknya pandemi Covid-19. Kejatuhan paling dalam terjadi sepanjang tahun lalu yang hanya 532.027 unit. Angka itu terpaut jauh dari total penjualan mobil baru di tahun 2019 yang mencapai 1.026.921 unit. Sementara penjualan 2018 mencapai 1.151.413 unit.
Runtuhnya pasar mobil tersebut akibat kuatnya hantaman pandemi Covid-19 yang melumpuhkan seluruh aktivitas ekonomi. Dahsyatnya wabah korona ini bahkan membuat ekonomi Indonesia 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,07%. Padahal di 2019, ekonomi Indonesia berjaya di angka 5,02%.
Begitulah yang terjadi, pasar otomotif selalu mengikuti pertumbuhan ekonomi nasional. Di saat pertumbuhan ekonomi nyungsep, dipastikan pasar otomotif juga ambruk.
Nah, setelah dibekap kinerja suram sepanjang tahun lalu, kini harapan terjadinya recovery ekonomi makro mulai bersemi. Harapan itu mencuat seiring dengan masuknya masa new normal yang membuat daya beli masyarakat mulai meningkat.
Ditambah program vaksinasi Covid-19 juga sudah mulai berjalan. Maka, melihat adanya tanda-tanda pemulihan, pemerintah pun menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini berkisar 4,5% hingga 5,3% year on year (yoy). Dengan target tersebut, ekonomi diharapkan berbalik pulih dari kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar -2,07% pada 2020.
Pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2021 ini bisa tumbuh hingga ke level 7%.
Bagi pemerintah sendiri, tahun ini merupakan tantangan untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi. Nah, untuk mengoptimalkan pencapaian pertumbuhan ekonomi itu pemerintah berupaya memulihkan kesehatan masyarakat dari pandemi Covid-19. “APBN kita kerahkan termasuk untuk vaksinasi Covid-19,” ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.
Tidak mudah, memang, mencapai target pertumbuhan ekonomi 4,5% hingga 5,3%. Soalnya, di awal tahun, kinerja ekonomi makro masih terseok-seok dan jauh dari zona positif. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2021 masih mengalami kontraksi minus 0,74%.
Dengan angka tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia belum mampu kembali ke zona positif, setelah mengalami kontraksi 4kali berturut-turut sejak kuartal II-2020. Perekonomian masih minus karena pemulihan yang belum cukup signifikan di awal tahun.
Melihat kondisi itu, Bank Indonesia bahkan merevisi target pertumbuhan ekonomi tahun 2021 di kisaran 4,1% hingga 5,1%. Padahal sebelumnya, bank sentral senada dengan pemerintah, yakni menargetkan ekonomi bisa tumbuh di kisaran 4,3% hingga 5,3%.
Berbeda dengan pemerintah yang tetap optimistis sesuai target awal. “Target kami masih 4,3% hingga 5,3%, tapi ini dinamis dan bisa berubah sesuai dengan situasi,” ujar Sri Mulyani.
Target Tinggi
Optimisme itu didasarkan pada keyakinan bahwa perekonomian Indonesia bakal tumbuh tinggi pada kuartal II-2021. Meskipun pada periode ini terdapat aturan pengetatan perjalanan hingga larangan mudik, pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 bisa tumbuh hingga 7%.
Berbagai upaya juga sudah dilakukan demi tercapainya target tersebut. Antara lain dengan telah digulirkannya berbagai stimulus seperti pembebasan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) untuk pembelian mobil tertentu dan diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk sektor properti.
“Maka diharapkan konsumsi masyarakat yang merupakan salah satu pendongkrak perekonomian diharapkan mampu tumbuh pesat,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto.
Konsumsi masyarakat di kuartal II ini ditargetkan tumbuh 6,9% sampai 7,9%. Sementara konsumsi pemerintah akan didorong sampai 8,3%. Adapun ekspor ditargetkan tumbuh 10,5% sampai 12%, dan impor naik 9,5% sampai 14%.
Cuma, banyak kalangan menilai target pertumbuhan ekonomi pemerintah itu terlampau tinggi. Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memang melihat tren pemulihan ekonomi Indonesia sudah mulai terlihat, baik dari sisi permintaan maupun produksi. Namun, ia memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua ini lebih rendah dari prediksi pemerintah. “Jadi secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 diperkirakan berkisar 6%,” kata Josua.
Kendati banyak yang meragukan, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) tetap memasang target penjualan tinggi tahun ini, yakni 750.000 unit. Target itu naik 50% dari penjualan 2020 yang mencatatkan wholesales 532.407 unit dan ritel 578.762 unit. “Kami optimistis karena PPnBM efektif menghidupkan kembali industri otomotif,” kata Yohannes Nangoi, Ketua Umum Gaikindo.
Sumber: Tabloid Kontan Edisi Khusus Bulan Mei 2021 hal 3
Leave a Reply