Pajak Naik Hingga Tax Amnesty, Defisit APBN Bisa Ciut ke 4,3%

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu meramal defisit APBN 2022 bisa lebih rendah dari target. Sehingga konsolidasi fiskal yang direncanakan bisa tetap berjalan.

Adapun defisit anggaran di APBN 2022 ditetapkan sebesar Rp 868 triliun atau 4,85% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) RI. Namun, nilai itu disusun sebelum adanya UU Harmonisasi Perpajakan (HPP) hingga kenaikan harga komoditas andalan Indonesia

Sehingga, jika memperhitungkan faktor-faktor positif ini maka defisit anggaran bisa turun menjadi 4,3% hingga 4,4% di 2022.

“Waktu kita menyusun APBN 2022 itu di September, Oktober 2021, dalam konteks ini banyak asumsi-asumsi yang belum bisa kita masukkan. Pertama misalnya ada reformasi perpajakan dengan undang-undang HPP itu. Dengan demikian defisitnya tampaknya akan jauh lebih kecil daripada 4,85%, bisa di sekitar 4,4%, 4,3% atau bahkan lebih rendah kalau kita nanti lihat performancenya memang sesuai yang kita expect” ujarnya dalam bincang dengan media, Rabu (12/1/2022).

Adapun melalui UU HPP ini, pemerintah menaikkan sejumlah tarif pajak seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11% mulai April 2022. Kemudian ada juga tarif PPh Badan yang tetap 22% hingga kenaikan tarif PPh Orang Pribadi yang berpenghasilan di atas Rp 5 miliar. “Nah Jadi ini belum termasuk beberapa hasil dari reform yang kita lakukan,” kata dia.

Selain itu, ia menyebutkan penurunan defisit ini juga akan didukung kondisi ekonomi yang sangat positif di tahun 2021. Dimana penerimaan negara tumbuh lebih dari 20% dibandingkan tahun lalu dan bahkan 15% di atas target APBN 2021.

“Tahun lalu defisit kita turun karena performance membaik, belanja kita nggak turunkan dan justru naik. Jadi ini memang ekonomi membaik meskipun dihadapkan pada tantangan. Penerimaan pajak naik setelah tahun lalu turun hampir 19%,” jelasnya.

Adapun penopang utama penerimaan negara bisa tembus target tahun ini adalah harga komoditas andalan Indonesia di pasar global yang melonjak tajam. Membuat Indonesia seperti tertimpa durian runtuh. Beberapa komoditas tambang yang harganya melonjak adalah batubara, nikel dan timah.

“Tapi ada juga kabar baik bahwa harga komoditas ini membawa kabar baik khususnya bagi komoditas unggulan Indonesia dalam konteks ini kami tunjukkan ada nikel, CPO, karet bahkan juga batu bara. ini adalah produk-produk yang kita banyak mendapatkan windfall sebenarnya,” pungkasnya.

Sumber : cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only