Bisnis rumah tapak masih bertahan di tengah gempuran pandemi covid-19. Penjualan rumah tapak, terutama untuk segmen menengah masih melanjutkan tren kenaikan.
Pada semester I, ada 5.700 unit baru yang diluncurkan oleh pengembang. Secara kumulatif, rata-rata penjualan rumah tapak mencapai 72 persen dari ketersediaan rumah sebanyak 35 ribu.
Sementara itu, rata-rata penjualan rumah tapak menjadi 89 persen dari ketersediaan rumah sebanyak kurang lebih 40 ribu unit.
Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim mengatakan, minat rumah tapak masih tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari respons pembeli terhadap produk yang diluncurkan oleh pengembang properti.
“Dari proyek yang terjual, 70 persen di antaranya merupakan produk rumah tapak dengan harga di bawah Rp1,3 miliar,” katanya dalam property market update JLL, Rabu, 27 Juli 2022.
Menurut Yunus, tingginya permintaan rumah tapak tak lepas dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah seperti insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemeritan (PPN DTP), Loan to Value (LTV).
“Tak hanya pengembang, kemudahan yang diberikan pengembang seperti penawaran pembayaran yang lebih fleksibel hingga promo juga membuat permintaan rumah tapak masih tinggi,” jelasnya.
Head of Advisory Vivin Harsanto menambahkan, sektor rumah tapak terus aktif di tengah pandemi, terlihat dari respons pembeli terhadap peluncuran produk baru dengan berbagai tipe di kawasan kota mandiri area Jabodetabek.
“Kompetisi terlihat dari para pengembang yang mengadaptasi konsep-konsep produk favorit dan memiliki penjualan yang cukup tinggi sejak dua tahun terakhir,” ujarnya.
Sebagian besar pasokan dan permintaan menyasar segmen menengah ke bawah. Selain berbagai opsi pembayaran dan perpanjangan periode cicilan, keterjangkauan harga tetap menjadi faktor kunci sukses penjualan rumah tapak.
“Beberapa pengembang telah mengumumkan untuk meluncurkan kawasan
perumahan baru di paruh kedua 2022,” ungkapnya.
Sumber: medcom.id
Leave a Reply