Tiru Jokowi, Filipina Bakal Lakukan Ini Demi ‘Durian Runtuh’

Kementerian Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menegaskan kebijakan larangan ekspor bahan mineral mentah (raw material) yang dilakukan pemerintah akan tetap ditegakkan. Bahkan kebijakan ini akhirnya diikuti oleh negara lain, salah satunya seperti Filipina.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara tegas dan konsisten mendorong program hilirisasi di dalam negeri. Sehingga tidak ada lagi tawar menawar bagi perusahaan yang belum menjalankan program hilirisasi.

“Saya kira kita konsisten untuk melakukan itu dan arahan dari Bapak Presiden juga sudah sangat jelas terkait dengan ini bahkan boleh dibilang sekarang Filipina pun juga akan melakukan langkah yang sama dengan kita,” ujar Seto dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Jumat (3/2/2023).

Lebih lanjut, Seto menyebut bahwa Filipina saat ini tengah mempertimbangkan untuk menutup keran ekspor bijih nikel. Selain itu, negara tersebut juga tengah mempertimbangkan penerapan pajak ekspor yang tinggi bagi bijih nikel.

“Jadi memang tahun lalu Pak Luhut juga berkunjung ke Filipina bertemu dengan pejabat-pejabat mereka dan kita menceritakan keberhasilan ini itu jadi saya kira ini akan diikuti tren nya oleh banyak negara-negara berkembang. Waktu kita ke Afrika kita bicara dengan Zimbabwe Kongo dengan Kenya. Mereka juga menyampaikan rencana yang sama,” kata dia.

Seperti diketahui, aksi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) terkait pelarangan ekspor bijih nikel dan pengembangan hilirisasi nikel di dalam negeri berbuah manis. Atas hal itu, Indonesia mendapatkan durian runtuh dari nilai tambah dari ekspor nikel yang sudah di hilirisasi mencapai US$ 33,8 miliar atau sekitar Rp504 triliun (kurs Rp 14.904 per US$) pada tahun 2022.

“Ekspor produk turunan nikel tahun 2022 mencapai angka US$ 33,8 miliar, dampaknya sektor UMKM daerah penghasil nikel cukup signifikan,” terang Seto dalam BRI Microfinance 2023, Kamis (26/1/2023).

Tak sampai di situ, Seto menargetkan nilai tambah ekspor nikel ke luar negeri akan naik pada tahun ini mencapai US$ 35 – US$ 38 miliar. “Ini bisa menggantikan (nilai) ekspor sawit yang terbesar di Indonesia setelah batu bara,” ungkap Seto.

Ke depan, kata Seto pemerintah akan membuat bagaimana investasi di sektor pertambangan ini terbentuk suatu ekosistem bukan hanya proyek per proyek. Misalnya dari pertambangan, kemudian terbentuk kawasan industri yang menghasilkan material baterai yang bisa membentuk kendaraan listrik.

“Kalau ekosistem bisa terbentuk, maka dampak pertumbuhan ekonomi daerah juga signifikan, UMKM juga,” tandas Seto.

Sumber : cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only