Disebut sebagai pelaku penipuan terbesar dalam sejarah korporasi dunia, Adani Group berusaha memenangkan kepercayaan pasar. Berhasilkah ?
Setelah dua hari sempat rebound, harga saham-saham Grup Adani kembali turun pada Kamis (9/2) lalu. Seperti dikutip Bloomberg, hal tersebut terjadi, pernyataan MSCI Inc, yang akan melakukan review pada saham-saham Grup Adani yang ada di bursa saham. Pada saat yang sama, Total Energi SE menangguhkan rencana kerjasama mereka untuk memproduksi hidrogen terbarukan bersama Grup Adani. Alhasil, harga saham 10 perusahaan dalam Grup Adani di tutup melemah, pada hari Kamis itu.
Sejatinya, Grup Adani melakukan sebagai upaya untuk membalikkan harga saham mereka, yang merosot sejak pekan ketiga Januari 2023 lalu. Pada Rabu (8/2), rata-rata harga saham Grup Adani Ports naik 8,3%. Harga saham Adani Wilmar, Adani Transmission, dan Adani Power alami kenaikan 5%.
Beberapa faktor jadi pendorong harga saham Grup Adani, salah satunya pembayaran pinjaman yang belum jatuh tempo senilai US1, 1 miliar atau sekitar Rp 16,6 triliun (kurs Rp 15.111/US$). Prepayment ini diungkapkan manajemen perusahaan, pada awal pekan lalu, menjadi salah satu langkah untuk berupaya kembali merebut kepercayaan pasar.
Pergerakan harga saham Grup Adani terjadi sejak awal Februari 2023, setelah sebelumnya merosot terpicu tuduhan Hindenburg Research, menjelang akhir Januari lalu. Pada Jumat (3/2), Gautam Adani membatalkan penjualan saham Adani Enterprise senilai US$ 2,5 miliar.
Hindenburg Research, lembaga riset yang fokus pada aktivitas short selling di New York, pada 24 Januari 2023, mengeluarkan laporan investigasi mereka selama 2 tahun. Bahwa Adani Grup dari India, telah melakukan manipulasi harga saham dan rekayasa akuntansi selama bertahun-tahun.
Dalam laporannya, Hindenburg Research mengatakan Gautam Adani, pendiri dan pemimpin Adani Group, telah meraup US$ 100 miliar dari kenaikan harga saham 7 perusahaannya yang terdaftar di bursa. Harga saham emiten Adani itu, disebut rata-rata mengalami kenaikan harga 819% selama 3 tahun, dengan valuasi perusahaan yang setinggi langit.
Hindenburg Research juga mengingatkan kalau Adani Group pernah jadi sasaran investigasi pemerintah India atas tuduhan pencucian uang, penggelapan pajak, dan korupsi. Kerugian yang ditimbulkan diperkirakan US$ 17 miliar.
Anggota keluarga Adani di duga membuat perusahaan cangkang di negara bebas pajak seperti Mauritius dan Kepulauan Karibia, untuk melancarkan Aksi tipu-tipu terkait rekayasa keuangan.
Dalam laporannya, Hindenburg juga menyebut beberapa anggota keluarga Adani yang terkait kasus hukum. Keluarga Adani dikenal dekat dengan PM India, Narendra Modhi.
Masih Panjang
Adani menyangkal tudingan itu dengan mengeluarkan sanggahan sebanyak 413 halaman, Minggu (29/1). Mereka menyebut tuduhan Hindenburg Research adalah tidak benar dan merupakan serangan pada India serta institusi pemerintahannya. Beberapa hari kemudian, harga saham Adani Group di bursa mulai merosot.
Nilai saham grup Adani ini terpangkas US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.500 triliun, hanya dalam 6 hari perdagangan, sejak laporan Hindenburg Research dirilis.
Adani Group pernah diinvestigasi atas tuduhan pencucian uang dan masalah pajak.
Kedekatan Adani dengan Modi, tak ayal membuat banyak pihak bertanya-tanya. Pemerintah India langsung mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak ikut campur.
“Kasus ini antara satu perusahaan swasta, regulator, dan pasar. Tidak berpengaruh pada makro ekonomi India,” tukas TV Somanathan, Menteri Keuangan India.
Setelah kejatuhan itu, pihak-pihak yang dulu pernah menggenggam saham Adani pun angkat bicara. Misalnya SWF Norwegia yang mengelola dana US$ 1,4 triliun. Seperti dikutip Bloomberg, mereka mengaku menjual saham Grup Adani, jauh sebelum kehebohan yang ditimbulkan laporan Hindenburg Research ini.
Begitupun mereka yang curiga. “Perusahaan seperti ini (Adani Group), tidak masuk radar kami karena evaluasi yang kelewat tinggi,” kata Victoria Mio, Head of Equity Research unttuk Asia Pasifik, seperti dikutip Bloomberg.
Nah investor masih menanti akhir kisah Adani ini. “Debunya masih tebal,” kata Alok Churiwala, Direktur Churiwala Securities, seperti dikutip Fortune. Para investor, menurut dia, disarankan untuk sementara tidak mengotak-atik saham Adani, sampai ada kejelasan.
Sumber : Tabloid Kontan, Senin 13-19 Feb 2023 hal 12, 13
Leave a Reply