JAKARTA. Optimisme masyarakat menurun menjelang momentum Ramadan. Hal ini terindikasi dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia (BI).
Pada Februari 2024, IKK tercatat di level 123,1 turun dari bulan sebelumnya di posisi 125. Koreksi IKK terutama disebabkan melorotnya Indeks Keyakinan Ekonomi (IKE) saat ini, dari level 115,6 ke posisi 110,9.
Penurunan terjadi pada semua komponen pembentuknya, baik indeks penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, maupun pembelian barang tahan lama alias durable goods. Meski ketiganya masih di level optimistis.
Di sisi lain, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Februari 2024 tercatat 135, naik tipis dari bulan sebelumnya 134,5. Kenaikan indeks ini didorong peningkatan ekspetasi terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja.
Sejalan dengan menurunnya optimisme itu, rerata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (averange propensity to consume ratio) turun tipis menjadi 73% di Februari 2024. Pada bulan sebelumnya, rasio ini tercatat 74,6%.
Sedangkan proporsi pembayaran cicilan (debt to income ratio) meningkat menjadi 10,3% dan proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) naik tipis menjadi 16,7%.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, penurunan optimisme konsumen di semua komponen pembentuknya akibat inflalsi pangan yang terus meningkat. Di saat yang sama, kenaikan gaji tak sebanding dengan lonjakan inflasi.
Pemerintah juga harus mengerek daya beli masyarakat kelas menengah.
Ditambah lagi, perhitungan pajak penghasilan (PPh) yang baru melalui skema tarif efektif (TER) membuat penghasilan terasa berkurang. “Berkurangnya pembelian durable goods yang merupakan jenis barang skunder dan tersier juga wajar karena pangan merupakan barang primer yang jika harganya naik maka konsumen akan mengorbankan pembelian barang jenis lainnya,”kata Josua, kemarin.
Dia menyoroti kebijakan pemerintah yang masih fokus pada kelompok berpenghasilan rendah dan hampir tak menyentuh masyarakat berpenghasilan menengah. Makanya, IKK kelompok penghasilan Rp 1 juta-Rp 2 juta naik dan kelompok berpenghasilan lain di atasnya menurun.
Pemerintah harus menata kebijakan untuk mengerek daya beli kelas menengah. “Jika tidak, maka kemungkinan momentum Ramadan dan Lebaran bisa terganggu karena inflasi pangan,” kata dia.
Sumber : Harian Kontan Kamis 14 Maret 2024 hal 2
Leave a Reply