Konsumsi Rumah Tangga Masih Akan Melambat

Sejumlah indikator konsumsi menunjukkan perlambatan di awal kuartal kedua 2024

JAKARTA. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan sulit menembus level 5% year on year (yoy) setelah momen pemilihan umum dan Ramadan berlalu. Kondisi ini akan mempengaruhi perekonomian nasional mengingat konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Beberapa indikasinya, pertama, Indeks Penjualan Riil (IPR) berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada April 2024 diperkirakan 243,2 atau hanya tumbuh 0,1% yoy menjadi 243,2. Padahal pada Maret 2024, IPR tercatat 235,4 atau tumbuh menanjak 9,3% yoy.

Bahkan, Indeks Ekspektasi Penjualan Eceran (IEP) pada Juni 2024 hanya 127,5 lebih rendah dari 147,8 di periode sebelumnya. Hal ini lantaran adanya musim ujian sekolah serta berakhirnya program diskon di periode itu.

Meski di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April 2024 masih di angka 127,7 naik 3,9 poin dari bulan sebelumnya.

Kedua, Indeks Nilai Belanja maupun Indeks Frekuensi Belanja berdasarkan Mandiri Spending Indeks per 5 Mei 2024 menurun masing-masing ke level 229,6 dan 639,2 dari level tertinggi pada satu pekan sebelum Idulfitri 2024.

Ketiga, melambatnya ekspansi manufaktur yang ditandai Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur April 2024 tercatat 52,9 melorot 1,3 poin dari bulan sebelumnya.

Ekonom Bank Mandiri Dian Ayu Yustina menilai, outlook konsumsi rumah tangga kedepan masih cukup baik. Pada Juli nanti akan ada belanja terkait pendidikan. Selain itu, pilkada mulai akhir kuartal ketiga menuju kuartal keempat 2024 akan menopang konsumsi rumah tangga. “Konsumsi yang tumbuh signifikan terkait mobilitas yakni transportasi, komunikasi, akomodasi dan hotel pertumbuhannya cukup baik,”kata Dian.

Namun, ramalan Ekonom Bank Permata Faisal Rachman, pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal II-2024 masih di bawah 5% year on year (yoy), yakni di kisaran 4,9% atau stagnan dibanding kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,91%. “Konsumsi makanan dan minuman cukup mempengaruhi performa konsumsi rumah tangga overall, yang nantinya juga akan mempengaruhi PDB secara keseluruhan,” kata Faisal, kemarin.

Ia melihat dampak El Nino belum hilang hingga akhir semester I-2024. Maka inflasi pangan yang cukup tinggi masih akan menahan konsumsi rumah tangga sehingga secara keseluruhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 akan berada di bawah 5%.

Ekonomi mandek 5%

Meski demikian, ada potensi konsumsi rumah tangga 2025 tumbuh menyentuh 5%. Meski ada rencana kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN), komponen pangan seperti beras, gabah, jagung, hingga sayur-sayuran menjadi kelompok barang yang tidak dikenakan PPN sehingga tak akan terlalu memberikan efek terhadap konsumsi rumah tangga di tahun depan.

Bank Mandiri maupun Bank Permata meramal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun ini melambat daripada kuartal sebelumnya yang tercatat sebesar 5,11% yoy. “Perkiraan kami (pertumbuhan ekonomi kuartal II) akan relatif lebih rendah dibandingkan kuartal pertama karena puasa dan pemilu ada di kuartal pertama,” kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro.

Selama 2024, pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,06%, atau meleset dari target APBN 2024 yang dipatok 5,2% yoy.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini sedikit melambat menjadi 5,1% yoy. Sementara sepanjang 2024, ekonomi diperkirakan hanya tumbuh 5,07% yoy.

Sumber : Harian Kontan Rabu 15 Mei 2024 hal 2

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only