DPR Waswas Defisit APBN 2025 Melebar Imbas Tren Penerimaan Pajak dan Utang Negara

Badan Anggaran (Banggar) DPR mengingatkan pemerintah agar menetapkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2025 dengan memperhatikan perubahan pendapatan negara, harga, dan lifting minyak bumi. Saat ini pemerintah sudah menetapkan defisit APBN 2025 dalam kisaran 2,29 sampai 2,82% dari produk domestik bruto (PDB).

“Potensi utang yang jatuh tempo pada tahun 2025 akan memberikan dampak terhadap defisit APBN 2025,” ucap Wakil Ketua Banggar DPR, Cucun Ahmad Syamsurijal dalam rapat paripurna pada Selasa (9/7/2024).

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, jumlah utang pemerintah hingga 31 Mei 2024 mencapai Rp 8.353,02 triliun atau memiliki rasio utang 38,71% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa surat berharga negara (SBN) yang mencapai Rp 7.347,5 triliun (87,96%) dan pinjaman sebesar Rp 1.005,52 triliun (12,04%).

Dia mengungkapkan kebijakan fiskal tahun 2025 ditempuh tetap ekspansif, terarah, dan terukur untuk mendukung percepatan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal jangka menengah dan panjang. Pengelolaan utang juga harus dilakukan secara prudent.

Kebijakan umum pembiayaan anggaran tahun 2025 antara lain mengendalikan defisit dan utang dalam batas aman dan manageable; optimalisasi peran BUMN, Special Mission Vehicle (SMV), Badan Layanan Umum (BLU) dan Sovereign Wealth Fund (SWF) untuk mendukung akselerasi transformasi ekonomi-sosial dengan mempertimbangkan kinerja keuangan dan operasional, serta kesiapan teknis operasional.

Selain itu, kebijakan pembiayaan turut menyinggung ketahanan fiskal untuk mengantisipasi ketidakpastian melalui penyediaan fiscal buffer yang handal dan efisien, serta menguatkan kolaborasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan, Meningkatkan akses pembiayaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, UMKM, dan ultra mikro; dan optimalisasi saldo anggaran lebih sebagai buffer mengantisipasi ketidakpastian.

“Jangan sampai kita terlalu bernafsu untuk membuat program-program baru, sementara kondisi fiskal kita juga ini dalam keterbatasan. Belum kondisi global ini kan berpengaruh terhadap penerimaan negara, penerimaan negara ini sekarang (tahun 2024) kan agak tidak sesuai target,” ungkap Cucun.

Sumber : investor.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only