Pemerintah gencar memacu pengembangan kendaraan listrik selama tiga tahun terakhir. Berbagai insentif pun digelontorkan guna mendorong peningkatan investasi di sektor mobil listrik.
Bukan hanya untuk investor dan pabrikan, insentif juga ditebar ke masyarakat pengguna mobil setrum. Tak sia-sia, kerja keras tiga tahun terakhir lumayan membuahkan hasil. Terbukti, meski pangsa pasarnya baru 2,7% dari total penjualan mobil nasional, kinerja penjualan mobil setrum melonjak signifikan.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil listrik nasional tercatat sebanyak 17.826 unit pada Januari-Juli 2024. Angka ini melesat 157,30% year on year (yoy) dibandingkan penjualan mobil listrik pada periode sama tahun sebelumnya, yakni 6.928 unit.
Volume penjualan itu sudah melampaui capaian penjualan sepanjang 2023, yakni 17.051 unit. Hingga Juli 2024, segmen mobil listrik berkontribusi 3,68% dari total penjualan wholesales mobil nasional yang sebanyak 484.236 unit.
Merek-merek asal China mendominasi pasar mobil listrik nasional. Ini terlihat dari tiga besar mobil listrik terlaris di Indonesia pada Januari-Juli 2024. Ketiganya adalah Wuling BinguoEV’ sebanyak 3.743 unit, kemudian disusul Chery Omoda E5 3.036 unit dan Wuling Cloud EV 2.097 unit.
Ketiga model itu memiliki persamaan, yakni dirakit di dalam negeri dan dapat insentif pajak pertambahan nilai (PPN) 1% dari pemerintah.
PT Chery Sales Indonesia (CSI) menilai, larisnya penju alan Omoda E5 di luar ekspektasi. Apalagi, model ini sebenarnya baru diperkenalkan ke publik awal 2024.
“Omoda E5 merupakan SUV listrik terlaris di Indonesia,” ujar Head of Brand Department Chery Sales Indonesia Rifkie Setiawan, Rabu (14/8).
Uniknya, pendatang baru seperti BYD mampu menorehkan kinerja penjualan mobil listrik yang menawan. Salah satu model, yaitu BYD Seal membukukan penjualan wholesales sebesar 1.989 unit atau peringkat empat mobil listrik terlaris per Juli 2024.
Meski masih berstatus impor utuh atau completely built up (CBU), penjualan BYD Seal mengungguli beberapa model lain yang notabene sudah diproduksi lokal, seperti MG 4 EV (1.557 unit), Wuling Air ev (1.253 unit), dan Hyundai Ioniq 5 (808 unit).
Melesatnya penjualan BYD tak lepas dari insentif bebas bea masuk dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) impor mobil CBU.
Terus bertumbuh
Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto meyakini, penjualan mobil listrik nasional akan terus bertumbuh pada bulan bulan berikutnya, seiring banyaknya merek dan model baru yang membanjiri pasar.
Gaikindo juga memperkirakan, mobil listrik yang memperoleh insentif PPN 1% ataupun bebas bea masuk impor CBU berpeluang besar mencatat volume penjualan yang lebih besar ketimbang mobil listrik lain.
“Tentu mobil listrik yang dapat insentif harganya lebih terjangkau, sehingga penjualannya meningkat,” terang Jongkie, Rabu (14/8).
Pengamat Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menyebut, pangsa pasar mobil listrik nasional berpotensi tumbuh lebih dari 3% dalam waktu dekat. Dengan catatan, insentif penjualan mobil listrik terus berlanjut dan infrastruktur penunjang, seperti charging station terus dikebut pembangunannya.
Menurutnya, lokalisasi produksi mobil listrik akan menguntungkan bagi para agen pemegang merek (APM) dalam jangka panjang. Sebab, pemerintah memiliki program penguatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang bisa mendorong harga mobil listrik menjadi lebih murah.
Lagi pula, Indonesia merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara yang memiliki beberapa perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain. Hal ini menjadi kesempatan bagi APM mobil listrik yang memiliki fasilitas produksi di Indonesia untuk memasarkan produknya di luar negeri.
“Indonesia berpotensi menjadi hub pemasok mobil listrik ke kawasan lain,” ujarnya, Rabu (14/8).
Sumber : Harian Kontan, Kamis 15 Agustus 2024, Hal 1
Leave a Reply