Satu lagi indikator menunjukkan kondisi daya beli masyarakat, terutama di kelas menengah, masih melemah. Insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) pembelian properti pun diragukan efektivitasnya.
Pasalnya hasil Survei Harga Properti Residensial oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan, penjualan properti residensial di pasar primer pada kuartal IV-2024 merosot 15,09% secara tahunan. Bahkan, kontraksinya lebih dalam, dibanding kuartal sebelumnya, yang turun sebesar 7,14% secara tahunan.
Secara terperinci, penjualan rumah tipe kecil dan menengah, masing-masing turun 23,7% dan 16,61% secara tahunan di periode tersebut.
Namun, penjualan rumah tipe besar tumbuh 20,44%. Secara kuartalan, penjualan rumah primer periode Oktober-Desember 2024 juta turun 6,62%, Penjualan rumah tipe kecil dan menengah turun masing-masing 11,94% dan 9,13% dibanding kuartal sebelumnya. Sedangkan penjualan rumah tipe besar naik 14,12% dibanding kuartal III-2024.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, penurunan tersebut berkaitan dengan sejumlah faktor ekonomi. Ini mulai dari pertumbuhan ekonomi yang stagnan hingga tingkat suku bunga yang masih relatif tinggi.
Pasalnya, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) tumbuh sebesar 1,39% secara tahunan. Tapi, pertumbuhannya sedikit melambat dibanding kuartal III yang tercatat tum
Insentif PPN DTP tak cukup kuat mengungkit penjualan properti.
buh 1,46% secara tahunan. Berbeda dengan kelas menengah dan bawah, segmen premium masih memiliki daya beli yang kuat. Ini ditunjukkan dengan naiknya penjualan rumah tipe besar.
Pemerintah memang telah menggelontorkan insentif PPN DTP dengan target sasaran kelompok menengah. Tapi, menurut Josua, insentif PPN DTP kemungkinan lebih efektif mendorong permintaan pada segmen atas.
“Mengingat penjualan rumah tipe kecil dan menengah turun, insentif PPN DTP mungkin tidak cukup kuat untuk membalikkan tren secara signifikan, jika daya beli masyarakat tidak mengalami peningkatan,” kata Josua kepada KONTAN, Jumat (14/2). Faktor lain yang turut mempengaruhi, yakni suku bunga dan sentimen pasar.
Josua menekankan, dalam jangka panjang, perkembangan infrastruktur dan peningkatan dayabeli masyarakat akan menjadi faktor yang lebih menenukan dalam mendorong pemintaan properti. Faktor-fakor ini pula yang mendorongperekonomian.
Sumber : Harian Kontan Sabtu 15 Februari 2025 hal 2
Leave a Reply