Penurunan biaya pendanaan multifinance masih terbatas
Industri multifinance bakal makin terjepit dengan rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) pada tahun depan. Sayangnya, efek penurunan suku bunga acuan masih terbatas untuk membantu meringankan beban pendapatan.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto menyebut, sebenarnya penurunan suku bunga pada tahun ini sudah mulai berdapak baik bagi biaya pendanaan multifinance. Ini terlihat dari kupon obligasi yang melandai selepas kuartal II-2024.
Contohnya, untuk penerbitan surat utang rating AAA dengan tenor 1 tahun rata-rata kuponnya turun dari 7,60% pada Juni menjadi 6,69% pada Oktober. Begitu pula kupon untuk surat utang tenor tiga tahun, turun dari 7,78% menjdai 7,46%. “Tekanan dari sisi biaya dana sudah mulai relatif mereda dibandingkan kondisi sebelumnya,” kata Suhindarto, Senin (18/11).
Meski begitu, Suhindarto mengakui ruang penurunan kupon masih terbatas. Sebab, usai menurunkan suku bunga pada September lalu, Bank Indonesia cenderung berhati-hati untuk kembali memangkas BI rate di tengah kondisi rupiah yang kembali volatil.
Ini membuat level suku bunga masih terbilang cukup tinggi, setara dengan posisi pada awal tahun 2024 yang sebesar 6%. Dengan begitu, prospek permintaan obligasi masih akan tertahan.
PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) pun memilih menunggu BI menurunkan suku bunga lagi bila ingin menggalang dana lewat obligasi. Bila BI menurunkan suku bunga sebelu, pergantian tahun, Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman menyebut pihaknya kemungkinan baru kembali menerbitkan surat utang di awal 2025.
Kenaikan PPN
Multifinance juga bersiap menghadapi ancaman penurunan daya belu seiring rencana kenaikan PPN sebesar 12% pada tahun depan. Chief Financial Officer PT Adira Dinamika Multifinance Tbk Sylvanus Gani menyebut, kebijakan ini akan menaikkan harga-harga produk di pasaran, termasuk otomotif. Dus, penyaluran pembiayaan akan ikut terpapar.
Kenaikan PPN juga bisa mengerk biaya pemasaran dan komisi. Untuk menghadapinya, Adira Finance akan melanjutkan inisiatif guna memperbaiki struktur biaya yang sudah mulai sejak tahun lalu. Sehingga kenikan biaya operasional bisa dikelola dengan efisien.
Upaya meningkatkan efisiensi pada tahun depan juga disiapkan oleh BRI Finance. Direktur Utama BRI Finance Wahyudi Darmawan mengatakan, optimalisasi teknologi akan makin ditingkatkan demi menjaga beban operasional sejalan dengan kenaikan PPN.
BRI Finance juga akan mengoptimalisasikan pemanfaatan engine scoring untuk meningkatkan kualitas penilaian kredit dan memperkecil risiko gagal bayar.
Sumber : Harian Kontan, Selasa 19 November 2024, Hal 10
Leave a Reply