Kinerja APBN di NTB Positif, Pendapatan Negara Tumbuh 24,33 persen

Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Nusa Tenggara Barat (NTB) tumbuh positif sepanjang 2024. Total pendapatan negara mencapai Rp 9,39 triliun atau meningkat 107,4 persen dari target dan tumbuh 24,33 persen secara year on year (yoy). Sedangkan, total belanja negara mencapai Rp 26,83 triliun atau setara 98,9 persen dari pagu.

Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara (DJPb) Kemenkeu NTB, Ratih Hapsari, menjelaskan total penerimaan pajak di NTB mencapai Rp 4,72 triliun sepanjang 2024. Jumlah itu tumbuh 16,44 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Berdasarkan nominal capaian penerimaan per jenis pajak 2024, pada Provinsi NTB didominasi oleh pajak penghasilan sebesar Rp 2.736,7 miliar (Rp 2,7 triliun) dan PPN dan PPnBM sebesar Rp 1.542,5 miliar (Rp 1,5 triliun),” kata Ratih saat diwawancarai di kantornya, Kamis (23/1/2025).

“Dominasi kedua pajak ini menunjukkan pentingnya sektor-sektor strategis dalam menopang perekonomian dan penerimaan pajak di NTB,” tambah Ratih.

Mayoritas sektor utama mengalami pertumbuhan positif, baik bruto maupun neto. Namun, sektor konstruksi mengalami kontraksi pada pertumbuhan neto yang mengindikasikan adanya tantangan dalam pemulihan penuh sektor ini.

“Sepanjang 2024 (dari Januari-Desember 2024), ada tiga sektor dengan kontribusi terbesar di NTB, antara lain administrasi pemerintah sebesar 34,52 persen, diikuti pertambangan 18,8 persen dan perdagangan sebesar 12,53 persen,” tutur Ratih.

“Pertumbuhan tertinggi pada sektor usaha dominasi dialami oleh sektor pengadaan listrik, dengan persentase 85,76 persen yang disebabkan oleh adanya pembayaran PPh Pasal 21 di sektor pengadaan listrik,” imbuh Ratih.

Sektor konstruksi tetap memberikan kontribusi yang cukup signifikan sebesar Rp 169,34 miliar atau 3,60 persen dari total penerimaan. “Namun sektor ini mengalami kontraksi dalam pertumbuhan, yang disebabkan pencairan surat perintah membayar kembali pajak (SPMKP),” jelas Ratih.

*Neraca Perdagangan NTB Surplus*
Sementara dari sisi kinerja neraca perdagangan NTB mengalami surplus hingga USD 28,86 juta sepanjang 2024. “Secara akumulatif neraca perdagangan sampai Desember 2024 masih surplus USD 1,58 miliar,” tambah Ratih.

Lima komoditas ekspor yang mendominasi pada neraca perdagangan adalah barang tambang mineral logam US$ 2.510,52 juta, disusul kapal US$ 2,5 juta, buah US$ 0,38 juta, daging ikan US$ 0,18 juta, dan mesin US$ 0,14 juta.

“Sementara untuk top lima komoditas impor, antara lain mesin sebesar US$ 418,42 juta, ban sebesar US$ 110,23 juta, turbin sebesar US$ 75,42 juta, parts alat berat US$ 64,01 juta, dan reaktor, turbin hingga generator sebesar USD 51,41 juta,” ujar Ratih.

Di sisi lain, Ratih menjelaskan peranan fiskal dalam transformasi ekonomi jangka pendek di NTB, seperti pada pengendalian inflasi, penghapusan kemiskinan ekstrem, penanganan stunting, hingga dukungan peningkatan investasi.

“Perpajakan mencapai target 102,53 persen dan tumbuh 27,18 persen (yoy), di tengah dinamika perekonomian regional dan kebijakan atas komoditas ekspor. Terutama ditopang aktivitas ekonomi dari segala sektor yang tetap tumbuh kuat disertai efektivitas reformasi perpajakan,” jelas Ratih.

Sumber : Detik.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only