Manufaktur Masih Loyo, Celios Curiga Insentif Pajak Hanya Perkaya Pemilik Usaha

Setiap tahun, sektor manufaktur atau industri pengolahan menjadi sektor penerima belanja perpajakan terbesar.

Misalnya pada tahun 2021, belanja perpajakan untuk industri pengolahan sebesar Rp 72,3 triliun dan terus meningkat hingga 2026 direncanakan menjadi Rp 141,7 triliun.

Kendati begitu, meski industri pengolahan terus mendapatkan belanja perpajakan dengan nilai jumbo, kinerja sektor manufaktur masih menunjukkan pelemahan.

Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai, belanja perpajakan yang dikucurkan pemerintah untuk sektor industri manufaktur belum memberikan hasil optimal.

Alih-alih mendorong ekspansi usaha, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan produksi, kinerja manufaktur justru menunjukkan tren perlambatan.

“Ketika belanja perpajakan sektor industri manufaktur belum berhasil mengangkat kinerja sektor tersebut, maka ada yang salah dengan pemberian insentifnya,” ujar Huda kepada Kontan.co.id, Senin (25/8/2025).

Menurutnya, secara konsep, belanja perpajakan adalah insentif yang seharusnya membantu pelaku usaha memperoleh tambahan modal untuk ekspansi, menambah produksi, dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Namun, fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya.

“Saya curiga, insentif yang diberikan hanya untuk memperkaya owner dari perusahaan tersebut atau hanya memperbesar uang kas perusahaan,” tegasnya.

Huda menambahkan, tren perlambatan manufaktur tercermin dari data pertumbuhan sektor tersebut hingga kuartal I-2025.

Selain itu, kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional juga terus menyusut. Kondisi ini, menurutnya, menjadi indikasi adanya deindustrialisasi prematur atau dini.

Sumber : Kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only