Ekonomi AS Tumbuh 2,9% pada 2018

WASHINGTON – Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh pesat pada tahun lalu, yakni mencapai 2,9%. Dampak pemangkasan pajak benar terasa, walau perlambatan kemudian terjadi pada bulan-bulan terakhir 2018.

“Ekspansi produk domestik bruto (PDB) sebesar 2,9% pada 2018 menunjukkan kenaikan dari 2,2% pada tahun sebelumnya dan hampir mencapai target yang dicanangkan oleh Presiden Donald Trump,” kata Departemen Perdagangan (Depdag) AS dalam laporannya, Kamis (28/2).

Pencapaian tahun lalu itu menyamai tingkat pertumbuhan pada 2015 dan merupakan yang tertinggi sejak 2005. Namun pada periode Oktober-Desember 2018 terjadi perlambatan menjadi 2,6% secara tahunan. Dibandingkan 3,4% pada triwulan ketiga dan 4,2% pada triwulan kedua tahun tersebut.

Walau demikian, perlambatan laju pertumbuhan pada triwulan keempat itu masih lebih baik dari perkiraan. Karena kalangan ekonom memprediksikan perlambatan lebih besar, setelah belanja konsumen rendah selama periode liburan akhir tahun.

Kuatnya pertumbuhan ekonomi AS tahun lalu didukung oleh solidnya penciptaan lapangan kerja. Tapi juga mengindikasikan peningkatan secara temporer, karena disertai dengan pembengkakan defisit anggaran pemerintah.

Kantor Anggaran Kongres AS bulan lalu memperkirakan ekonomi AS tumbuh lebih lambat lagi tahun ini. Yakni sebesar 2,3% karena dampak pemangkasan pajak 2017 dan stimulus fiskal 2018 bakal menghilang. Tapi Gedung Putih memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2019 tetap kuat.

Tutupnya operasional pemerintahan federal selama lima pekan kemungkinan tidak berdampak besar terhadap data PDB, karena diprediksi hanya menggerus 0,02% dari perekonomian. Penutupan itu sebagian terjadi pada Januari 2019.

“Dampak positif pemangkasan pajak di tengah naiknya belanja pemerintah dirasakan sektor bisnis AS. Mereka membangun fasilitas produksi dan meningkatkan inventori,” kata Depdag AS.

Laporan pertumbuhan ekonomi ini tertunda satu bulan lantaran government shutdown tersebut. Sedangkan perlambatan tajam pada kuartal III tahun lalu disebabkan dampak perang dagang dengan Tiongkok. Yang mana kedua negara menjatuhkan tarif atas barang impor masingmasing senilai total US$ 360 miliar.

Perang ini hingga sekarang masih berusaha diselesaikan dan terus memberikan sentimen positif maupun negatif ke pasar finansial. Turunnya kegiatan perdagangan internasional menggerus 2% dari perekonomian AS pada triwulan tiga 2018.

Sementara pada triwulan terakhir, area-area yang terdorong oleh stimulus juga menunjukkan perlambagan. Seperti investasi bisnis berupa pembangunan pabrik yang melambat ke level terendah dalam satu tahun. Lalu belanja pemerintah non-pertahanan yang kontraksi 5,6% atau penurunan terbesar dalam lima tahun.

Sumber: Investor Daily

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only