Aroma Saham Rokok Gudang Garam

JAKARTA. Napas PT Gudang Garam Tbk bisa sedikit lebih lega tahun ini. Salah satu alasannya, pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan cukai rokok. Alhasil, para analis memprediksi, emiten rokok berkode GGRM itu mampu mencetak pertumbuhan pendapatan dan laba yang lebih tinggi pada 2019.

Seperti diketahui, Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 156/2018 tentang Perubahan PMK Nomor 146/2017 tentang Tarif Cukai Hasil tembakau menunjukkan, Kementerian Keuangan memutuskan menahan pemberlakuan roadmap tarif cukai rokok. Padahal sebelumnya, hampir setiap tahun tarif cukai rokok naik. Tahun lalu, cukai rokok naik menjadi 10,4%.

Menurut analis Ciptadana Sekuritas Asia Stella Amelinda, cukai rokok yang tidak naik dapat memperlambat kenaikan average selling price (ASP) dari harga rokok. Otomatis volume penjualan rokok GGRM diprediksi bisa tumbuh lebih tinggi. Apalagi pesaing GGRM sudah lebih dulu menaikkan ASP.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menambahkan, selain volume penjualan, marjin emiten rokok berskala besar ini juga dapat bertambah. Apalagi, penjualan rokok GGRM didominasi jenis sigaret kretek mesin (SKM) yang mencapai 89% dari totalpendapatan perusahaan.

Tahun lalu,GGRM baru saja merilis GG Move Duo Filter untuk memperkuat segmen SKM. Produkini merupakan jenis low tar low nicotine (LTLN). Banderol harga jual rokok ini cukup bersahabat dengan kantong pembeli, yakni seharga Rp 12.000 per bungkus.

Menurut Herditya, inovasi GGRM ini bakal bersaing dengan LA Bold dan Magnum Mild.“Positifnya, kami menilai adanya inovasi ini dapat memperkuat divisi SKM GGRMtahun ini,” kata dia, Selasa (26/2).

Keuntunganbagi GGRM bisa datang dari stabilitas harga bahan baku yang bisa menjadi suplemen tahun ini. Asal tahu saja, cengkeh menyumbang 35%-37% dari cost ofgoods (COGS) bebas pajak GGRM.

Tahun lalu, harga cengkeh turun 7% disokong panen yang baik. Nah, di tahun ini harga cengkeh juga tetap stabil dan membuat COGS perusahaan tetap sehingga margin kotor GGRM dapat ikut terkerek.

Namun, analis Indopremier Sekuritas Raditya Imanzah menilai, market share GGRM secara keseluruhan cenderung stagnan dengan 22% pasar rokok dalam negeri. Ini terjadi karena harga jual rokok GGRM dapat naik secara bertahap di tahun ini, khususnya setelah pemilihan umum.

Herditya pun melihat, emiten rokok harus mewaspadai periode setelah pemilu. Sebab, bukan tidak mungkin ada kebijakan baru yang dirilis oleh pemerintah setelah pemilu, terkait dengan kebijakan cukai rokok.

Namun, Raditya tetap merekomendasikan beli saham GGRM dengan target Rp 92.000 persaham. Setali tiga uang, Stella pun menyarankan beli dengan target harga Rp93.000 per saham, di mana pendapatan GGRM diproyeksikan bisa menembus Rp 100,28 triliun dengan laba bersih Rp 8,98 triliun.

Analis  Maybank Kim Eng Securities Janni Asman jugamasih merekomendasikan beli saham GGRM dengan target harga Rp 105.000 per saham

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only