Berbagai insentif telah digelontorkan regulator dan pemerintah ke sektor properti tahun ini. Namun, penjualan rumah masih lesu, ditandai dengan tren perlambatan pertumbuhan kredit kepemilikan rumah (KPR).
Bank Indonesia (BI) mencatat KPR perbankan per Oktober 2025 hanya naik 6,77% secara tahunan, melambat dari Desember 2024 yang tumbuh 10,14%. Di saat yang sama, kualitas aset KPR juga memburuk. Rasio KPR bermasalah atau non performing loan (NPL) per Oktober sudah mencapai 3,26%. Angka ini naik dari 2,61% pada akhir tahun lalu.
Padahal, BI masih memberlakukan rasio loan to value (LTV) 100% hingga akhir 2026. Dengan aturan ini, masyarakat bisa beli rumah dengan KPR tanpa DP. BI juga memberikan insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) lke sektor perumahan.
Sementara pemerintah menggelontorkan insentif insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) dan rencananya diper panjang hingga 2027.
Menurut Advisor BFDC Moch Amin Nurdin, perlambatan KPR terjadi seiring melemahnya penyaluran kredit sejak kuartal dua, akibat turunnya daya beli dan kondisi ekonomi yang melambat.
Pemulihan juga tertahan oleh scarring effect pascapandemi pada UMKM, serta tingginya suku bunga dan harga bahan bangunan.
Belum cukup
Adapun kenaikan NPL dipicu berakhirnya masa promo bunga variatif yang membuat cicilan naik saat ekonomi sedang lesu. “Kondisi ini mendorong bank lebih hati-hati sehingga kredit makin melambat,” ujar Amin, Kamis (4/12).
Amin menilai stimulus pemerintah belum cukup untuk memulihkan bisnis KPR hingga setidaknya kuartal II-2026.
Sementara EVP Consumer Loan Bank Central Asia (BCA) Welly Yandoko menilai, pelemahan KPR tahun ini terutama dipicu kondisi makro ekonomi yang kurang mendukung. Alhasil, minat investor di sektor properti ikut merosot.
Welly menyebut, investor masih menahan diri karena ragu terhadap prospek pasar sewa dan potensi kenaikan harga properti.
Sepanjang sepuluh bulan pertama 2025, penyaluran KPR BCA mencapai Rp 32,6 triliun, naik 6,5% secara tahunan. Itu baru 72,77% dari realisasi sepanjang 2024. Adapun NPL KPR mencapai 1,79%, naik 20 bps dari tahun sebelumnya.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang, permintaan KPR masih rendah karena daya beli belum pulih. Per September 2025, KPR bank ini turun 1,1% secara tahunan jadi Rp 42 triliun dengan NPL mencapai 3,1%, naik dari 2,5% pada periode yang sama tahun lalu.
Menurut Lani, stimulus pemerintah masih menjadi harapan untuk membangkitkan tren KPR tahun depan. Tapi dampaknya tahun ini belum terasa. Kenaikan NPL KPR juga terjadi Bank Tabungan Negara (BTN). NPL KPR non subsidi mencapai 3,8% per September. NPL khusus KPR non subsidi mencapai 5,7%, naik dari 2,8% pada 2024..
Outstanding KPR non subsidi BTN mencapai Rp 111,33 triliun, naik 7,4% secara tahunan. Outstanding KPR subsidi mencapai Rp 186,58 triliun, naik 8,0%.
Sumber : Harian Kontan, 5 Desember 2025, Hal 9.

WA only
Leave a Reply