Sri Mulyani Menkeu Lagi, Rupiah Bisa di Bawah Rp 14.000/US$?

Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Sepertinya euforia perkenalan calon-calon menteri di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih berlanjut.

Pada Selasa (22/10/2019) pukul 12:39 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.000. Rupiah menguat 0,52% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar, rupiah hanya menguat tipis 0,02%. Namun selepas itu, penguatan rupiah semakin tebal dan tidak terbendung.

Penguatan rupiah hari ini terbilang istimewa, melihat mayoritas mata uang utama Asia yang melemah melawan dolar AS. Ini berarti sentimen dalam negeri menjadi tenaga bagi rupiah untuk terus menguat hingga menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia hingga siang ini.

Gambaran barisan kabinet pemerintahan Presiden Jokowi periode kedua sepertinya disambut baik oleh pelaku pasar. Sejak kemarin beberapa tokoh sudah merapat ke Istana dan diproyeksikan akan menjadi menteri.

Kemarin ada Mahfud MD, Nadiem Makarim, Erick Thohir, Wishnutama, hingga Prabowo Subianto. Hari ini yang datang ada Sri Mulyani Indrawati, Syahrul Yasin Limpo, Suharso Monoarfa, sampai Basuki Hadimuljono.

Nama-nama tersebut dinilai ramah terhadap investasi. Dengan situasi global yang tidak menentu, sulit mengharapkan ekspor menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain konsumsi, investasi tentu menjadi tumpuan.

Menariknya, Partai Gerindra merupakan oposisi pada pemerintahan Jokowi periode pertama kini hampir pasti menjadi bagian dari kekuasaan. Iklim investasi tentunya akan membaik jika situasi politik dalam negeri teduh.

Kemudian, Sri Mulyani hampir pasti kembali ke Lapangan Banteng sebagai menteri keuangan. Bahkan Sri Mulyani mengaku dapat pesan khusus dari Jokowi untuk menyampaikan posisinya, tanpa menunggu pengumuman dari Jokowi esok hari.

Nama Sri Mulyani sepertinya menjadi kunci keperkasaan rupiah. Kinerja Sri Mulyani dinilai memuaskan, dan ke depan eks pejabat teras Bank Dunia ini diramal mampu mengejawantahkan program-program Jokowi, terutama di sisi perpajakan.

Misalnya, Jokowi berencana untuk memangkas tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang saat ini 25%. Ke depan, rencananya tarif turun menjadi 20%.

Stimulus fiskal ini tentu sangat dinanti oleh dunia usaha, baik di sektor riil maupun sektor keuangan. Beban PPh yang berkurang bisa menjadi modal untuk melakukan ekspansi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan konsumsi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sumber : Cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only