Jokowi Buka Opsi Impor Gas, Ada yang Mau Jual Murah?

Jakarta – Pemerintah membuka opsi keran impor gas demi menekan mahalnya harga gas industri dalam negeri. Namun, rencana impor gas dikhawatirkan akan membuat defisit perdagangan migas semakin tajam.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengaku sudah menyiapkan analisa bila impor gas akan diambil. Ia juga mengklaim negara dari Timur Tengah siap memasok gas ke pelabuhan dengan harga di bawah US$ 6 per MMBTU. Selama ini, kalangan industri mengeluhkan harga gas yang berada di atas US$ 6 per MMBTU.

“Kita sudah menyiapkan cost and benefit analysis kalau opsi impor dibuka, saya yakin bahwa nanti ada negara menawarkan US$ 4 [per MMBTU]. Kemudian katakanlah [ditambah] ongkos menjadi US$ 4,5 [per MMBTU] harga yang dibeli industri.”

“Kalau impor gas dibuka mau dicatat tebalnya, ini tidak untuk yang lain. Impor hanya untuk industri dan industri yang memang membutuhkan gas,” kata Agus di Tangerang, Banten, Kamis (9/1/2020).

Ia mengakui ada dampak apabila opsi impor dibuka, termasuk potensi defisit migas yang akan semakin tajam. Namun, Agus menekankan, ada benefit dua kali lipat yang bisa diperoleh negara lewat kompetitifnya harga gas industri. Artinya, industri dalam negeri akan berdaya saing.

“Kita sudah simulasi bahwa ada nilai tambah jauh luar biasa. Misalnya harga gas industri bisa US$4 [per MMBTU], memang ada pengurangan atau penurunan pendapatan negara berupa pajak, di sisi lain kalau impor akan mempengaruhi neraca perdagangan. Tapi jangan lupa benefit analysis-nya, itu bisa 2 kali lipat dari cost kebijakan penurunan harga termasuk apabila kebijakan itu mengimpor,” kata Agus.

Agus sebelumnya pada Senin (6/1/2020) memaparkan simulasi penurunan harga gas bumi. Hasil simulasi itu menunjukkan jika harga gas menjadi US$ 4/MMBTU, maka diprediksi akan meningkatkan penerimaan pajak dari industri dan turunannya sebesar Rp85,84 T meski penerimaan negara (cost) turun Rp53,8 T.

Presiden Joko Widodo pada Senin (6/1/2020) memimpin rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, membahas penurunan harga gas industri.

Hasil rapat terbatas merumuskan 3 opsi sebagai solusi menekan harga gas, yakni; pemangkasan jatah gas buat pemerintah, rencana pemberlakuan DMO gas, dan terakhir adalah opsi untuk membuka keran impor gas.

Ketiga opsi akan dikaji dalam 3 bulan ke depan untuk memilih mana yang terbaik. Agus mengatakan apakah nantinya kebijakan yang diambil memakai satu, dua atau gabungan opsi, ia memandang harus ada harga yang ideal agar industri bisa berdaya saing.

Opsi impor bukan pilihan ideal. Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan, opsi impor gas akan berisiko membawa problem defisit migas yang akan meningkat. Selain itu juga akan berisiko terhadap CAD atau Current Account Defisit yang akan menekan nilai tukar rupiah.

“Jadi, tidak kita harapkan,” jelasnya dalam paparan kinerja ESDM 2019, Kamis (09/1/2020). 

Sumber: cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only