Masih Sulit Perbaiki Keseimbangan Primer

JAKARTA. Target pemerintah mencapai angka surplus dalam keseimbangan primer, akan semakin berat. Kondisi ekonomi global maupun domestik menjadi tantangan dalam mendorong penerimaan negara, sekaligus mengendalikan belanja yang menjadi salah satu stimulus ekonomi.

Keseimbangan primer merupakan selisih dari total pendapatan negara dikurang belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Jika pendapatan negara lebih kecil dari belanja negara di luar pembayaran bunga utang maka keseimbangan primer akan negatif.

Artinya, tidak ada dana cukup untuk membayar bunga utang. Dengan kata lain, sebagian atau seluruh bunga utang ditutupi dengan utang baru.

Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencata, realisasi sementara keseimbangan primer dalam APBN 2019 mencatat defisit Rp 77,5 triliun, membengkak 385% dari target 2019 sebesar Rp 20,1 triliun.

Realisasi defisit keseimbangan primer tahun lalu juga melonjak 574,5% dari realisasi tahun 2018 yang hanya Rp 11,5 triliun. Padahal, defisit keseimbangan primer tahun 2018 merupakan yang terendah yang berhasil ditekan pemerintah sejak tahun 2012.

Menilik APBN 2020, keseimbangan primer masih dipatok defisit sebesar Rp 12 triliun. Namun target tersebut tetap saja jauh lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun 2019, yang membengkak dari target awal.

Sementara dalam Narasi Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, target keseimbangan primer menuju positif dengan rerata 0,1-0,3% dari produk domestik bruto (PDB).

Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jendral (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Pengelolaan Resiko Kemkeu Riko Amir menjelaskan, dalam jangka pendek, pengendalian keseimbanan primer bisa dilakukan melalui efisiensi belanja.

“Antara lain, melalui optimaisasi pembiayaan kreatif seperti KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) dan blended finance, optimalisasi barang milik negara (BMN) sebagai pengganti belanja negara, serta penguatan value for money untuk belanja modal di APBN,” kata Amir kepada KONTAN, (12/1).

Sementara strategi jangka panjang untuk mengarahkan keseimbangan primer menuju surplus, dengan menurunkan defisit APBN dan mendorong peningkatan penerimaan negara. “Menguatkan sistem perpajakan, juga optimalisasi penerimaan dari sektor sumber daya alam,” tambahnya.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, pemerintah akan kesulitan mencapai target keseimbangan primer tahun ini. Namun selama defisit dijaga pada kisaran 2%-3% maka defisit keseimbangan primer tidak melonjak tinggi. “Defisit Keseimbangan primer ke depan tetap berada di bawah Rp 100 triliun,” katanya.

Sumber: Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only