Harga Batu Bara Lesu, Karena Ekonomi China Cuma Naik 6%?

Jakarta, CNBC Indonesia – Pekan kemarin harga batu bara kembali ditutup turun, menandai pelemahan empat hari perdagangan berturut-turut. Performa perdagangan yang tercermin dari indeks pengiriman kapal kargo global juga belum menunjukkan perbaikan signifikan.

Jumat (17/1/2020) harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup di US$ 71,5/ton, turun 0,49% dari posisi penutupan sehari sebelumnya. Setelah mencetak rekor tertinggi sejak September 2019 pada 13 Januari lalu, harga batu bara terus melorot hingga penutupan perdagangan Jumat lalu. Tercatat koreksi yang terjadi sebesar 7,3% secara point-to-point.

Indeks Baltic yang mengukur aktivitas pengiriman komoditas melalui jalur laut dengan kapal kargo masih menunjukkan penurunan. Indeks Baltic mengukur tingkat pengiriman tiga jenis kapal kargo yaitu Panamax, Supramax dan Capesize.

Kapal jenis Capesize merupakan kargo yang paling besar dengan kapasitas muatan 170.000-180.000 ton. Kapal ini digunakan untuk mengangkut batu bara dan bijih besi. Teranyar Indeks Baltic Capesize juga masih terkoreksi 72 poin atau 9,2% menjadi 712 pada Jumat pekan lalu. Rata-rata earnings harian kapal Capesize pun mengalami penurunan US$ 449 menjadi US$ 8.352.

Sementara untuk Indeks Baltic Panamax mengalami kenaikan 11 poin atau 1,3% menjadi 870 pada periode yang sama. Kapal kargo jenis Panamax memiliki kapasitas muatan 60.000-70.000 ton banyak digunakan untuk mengangkut batu bara dan bijih-bijian.

Data indeks di atas mencerminkan bahwa pengiriman menggunakan jalur laut jelang akhir bulan awal tahun ini belum mengalami perbaikan yang signifikan. Namun kalau melihat ke Negeri Panda, ada harapan dari industri bajanya.

Permintaan baja di China masih kuat walau ekonominya mengalami pertumbuhan paling lambat selama tiga dekade terakhir. Pada kuartal IV 2019, ekonomi China cuma tumbuh 6% dan setahun penuh pada 2019 tercarat hanya 6,1%.

China memproduksi 996,34 juta ton baja kasar pada 2019. Jumlah tersebut naik 8,3% dibanding tahun 2018.

Reuters melaporkan, Asosiasi Besi dan Baja China meramalkan industri baja China masih akan tetap kuat di 2020. Kebutuhan baja China pada 2020 mencapai 890 juta ton atau naik 2% dibanding tahun 2019. Hal ini jadi kabar positif untuk batu bara, lantaran dalam membuat baja, batu bara dibutuhkan sebagai bahan bakarnya.

Sumber : Cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only