Fokus Pasar: Kekhawatiran Investor Mereda

JAKARTA – Indeks saham AS pada perdagangan kemarin ditutup menguat. Indeks S&P naik 0,65% dan Dow Jones naik 0,94%. Indeks Dow menyentuh level tertingginya atau mencapai rekor baru di 29.551,42. “Hal itu tampaknya dipicu oleh meredanya kekhawatiran investor terhadap dampak Virus Korona ke perekonomian global,” sebut Kresna Sekuritas dalam ulasannya, Kamis (13/2).

Sementara itu, indeks saham Eropa ditutup menguat dengan indeks DAX naik 0,89% dan FTSE100 naik 0,47%. Sedangkan indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak anomali. Hingga pukul 10.45 WIB, indeks terkoreksi 17,1 poin (0,2%) ke posisi 5.895.

Sentimen domestik yang mempengaruhi IHSG adalah kabar bahwa DPR secara resmi telah menerima RUU Omnibus Law tentang Cipta Lapangan Kerja, dan selanjutnya akan diserahkan ke Baleg atau Pansus untuk pembahasan lebih lanjut. Namun, penyerahan RUU ini diwarnai oleh demonstrasi elemen buruh dan masyarakat di sekitar gedung parlemen dan sejumlah daerah. Secara teknikal, IHSG diperkirakan bergerak dalam rentang 5.900-6.000.

Di lain pihak, Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pemerintah akan mempercepat realisasi belanja pemerintah untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi. Seperti dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani, di luar belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal naik, namun masih bisa dipacu lebih cepat lagi.

Salah satunya adalah penyaluran dana desa. Hingga awal Februari, pemerintah telah menyalurkan lebih dari Rp 586 miliar kepada lebih dari 1.490 desa. Hal tersebut lebih tinggi dari realisasi bulan Februari tahun lalu yang hanya Rp 317 miliar.

Sementara itu, dari sisi eksternal, Amerika Serikat dan India dikabarkan tengah dekat untuk kesepakatan perdagangan. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus berusaha untuk mendapatkan kesepakatan dagang dengan India, sebelum masa pemilu presiden dimulai. Adapun AS akan menawarkan kesepakatan dalam bidang pertanian kepada India.

Menurut Pilarmas Sekuritas, lambatnya proses kesepakatan tersebut kemungkinan disebabkan oleh India yang sedang gencar memperbarui alat militernya dengan kendaraan-kendaraan yang berasal dari Lockheed Martin, yakni pabrikan pesawat asal AS. India membeli helikopter senilai US$ 2,6 miliar dan beberapa pembelian lainnya, dengan harapan AS dapat meringankan beberapa tarif ekspor.

Hubungan antara AS dan India sempat memanas beberapa waktu lalu saat AS menanggalkan status perdagangan khusus untuk India pada Mei 2019. “Sebagai tanggapan dari pencabutan perdagangan khusus tersebut, India mengenakan tarif pembalasan kepada 28 barang Amerika,” jelas Pilarmas.

Di sisi lain, berdasarkan data Departemen Keuangan AS yang dirilis baru-baru ini, defisit keuangan AS dalam empat bulan pertama pada tahun 2020 sudah mencapai US$ 389,2 miliar. Untuk mengatasi hal tersebut, AS meningkatkan defisit anggaran hingga mendekati US$ 100 miliar per bulan.

Menurut Trump, pertumbuhan ekonomi akan menutupi biaya pemotongan pajak. PDB AS yang tumbuh 2,9% pada 2018 telah melambat menjadi 2,3% pada 2019 karena utang dan defisit yang terus meningkat.

Sumber : Investor.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only