Pertumbuhan Ekonomi Stagnan Daya Beli Jeblok, Sri Mulyani Menteri Keuangan Tanpa Solusi

Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS) Edy Mulyadi meminta Sri Mulyani  sebagai Menkeu terbaik mencari solusi cerdas, out of box untuk  mengatasi persoalan ekonomi Indonesia yang terpuruk saat ini. 

“Anda menkeu terbaik bukan Menkeu pengutang. Cari solusi cerdas agar negeri aman dari krisis. Cari solusi cerdas jangan utang lagi demi rakyat. Sampean menteri keuangan bukan menteri pengutangan. Tiru cara dan saran yang pernah dksampaikn ekonom Rizal Ramli,” kata Edy Mulyadi di Jakarta, Sabtu (28/3/2020).

Menurut Edy, alarm gawatnya perekonomian sebenarnya sudah beberapa tahun teralkhir. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berkutat di angka 5%. Padahal, sebelumnya pernah tumbuh di atas 6%. Di lapangan, rakyat merasakan beban hidup kian berat. 

“Harga-harga yang terus melambung, daya beli merosot, dan lapangan kerja amat terbatas. Buat pengusaha, jebloknya daya beli berdampak pada transaksi penjualan yang ikut merosot,” ujarnya.

Sementara itu Ketua Umum Badan Relawan Nusantara (BRN) Edysa Girsang mengatakan, sejak awal banyak pengamat ekonomi nasionalis yang menyatakan menempatkan Sri Mulyani sebagai Menkeu di Kabinet Kerja hingga dua periode adalah sebuah kesalahan dalam arah ekonomi nasional ke depan. Ternyata terbukti hingga saat ini tidak ada terobosan atau solusi untuk membuat ekonomi bangkit.

“Jadi ada yang menuding Sri Mulyani neoliberalisme. Makanya dia (SMI) sering dipuji sama IMF dan Word Bank,” ujar Edysa Girsang kepada Harian Terbit, Jumat (27/3/2020).

“Pertumbuhan ekonomi dibawah 3 persen saja sudah tak baik. Situasi saat corona virus menyerang terjawab bahwa perekonomian nasional hancur dijaman Jokowi dan kementeriannya. Jadi gak usah ada pemerintahan kalau cuma 0 persen. Menteri keuangan terbaik dunia kok kayak gini? Ini yang pak Jokowi maksud dengan revolusi mental itu?,” tandasnya.

Sumbangan

Eki panggilan akrab Edysa menegaskan, sangat tidak pantas juga Menkeu meminta sumbangan dana dari rakyat untuk menanggulangi virus Covid-19. Oleh karena itu saat ini pemerintah dalam sektor perekonomian telah gagal penyusunan kas negara. Mereka hanya tahu mencabut subsidi bagi rakyat kecil dan mengambil pajak dalam segala sektor kehidupan. Sementara si “kaya” malah mendapatkan pelayanan yang memanjakan.

Apalagi setelah mengutip pajak dan kini hendak meminta sumbangan ke rakyat maka makin memperjelas bahwa para menteri tidak berpihak pada rakyat kecil. Karena selama ini rakyat juga menyelamatkan dirinya sendiri demi memenuhi kebutuhan hidup. 

Pengamat kebijakan publik dari Institute for Strategic and Development (ISDS) Aminudin mengatakan, Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menkeu terbaik dilakukan IMF dan World Bank. Oleh karena itu penobatan Menkeu terbaik sifatnya subyektif yang merupakan bagian propaganda politik untuk mengorbitkan Sri MuIyani di bursa kepemimpinan Indonesia.

“Jika benar proyeksi Sri Mulyani pertumbuhan ekonomi 0 persen maka menunjukkan pemerintah Jokowi gagal total dalam banyak hal seperti penyerapan tenaga kerja, penghasilan perkapita, dan  robohnya produksi barang jasa, arus investasi dan sebagainya,” ujarnya.

Aminudin menilai, pertumbuhan ekonomi 0 persen itu bukan karena faktor merebaknya virus corona tapi karena kebijakan ekonomi Jokowi yang salah arah dan moral hazard rezim repolusi mental. Faktor virus corona pengaruhnya hanya kecil karena negara ASEAN lainnya seperti Kamboja, Vietnam, Malaysia dan Myanmar tak banyak kena dampak ekonominya.

“Mata uang kamboja malah trendnya menguat terhadap dollar. Sementara Indonesia Maret 2020 Rupiah makin remuk redam sekitar Rp16 ribu/dolar terburuk sepanjang sejarah pasca reformasi,” jelasnya.

Sumber: Harianterbit.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only