Korona Menyebabkan Ekspor Impor Gempor

JAKARTA. Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam dua bulan terakhir cukup menganggu kinerja perdagangan Indonesia.

Nilai impor dan ekspor Indonesia pada Mei 2020 tercatat sangat rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor Mei hanya senilai US$ 8,44 miliar atau rekor terendah sejak tahun 2009.

Adapun ekspor pada Mei 2020, sebesar US$ 10,53 miliar. Nilai ini menjadi yang terendah sejak Juli 2016. Makanya, neraca perdagangan bulan Mei 2020 mencatatkan  surplus US$ 2,09 miliar.

“Terciptanya surplus ini karena ekspor turun 13,40% month on month (mom) atau 28,95% year on year (yoy). Sementara impor turun 32,65% mom atau 42,20% yoy,” kata Suhariyanto, Kepala BPS, Senin (15/6).

Penurunan impor, terjadi pada semua kelompok penggunaan barang, baik barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal. Penurunan impor paling dalam, terjadi pada kelompok  bahan baku atau penolong sebesar 34,66% mom dan 43,03% yoy. 

Suhariyanto mewanti-wanti penurunan impor karena akan mempengaruhi aktivitas ekonomi dan pergerakan perekonomian Indonesia ke depan.

“Penurunan impor konsumsi dan impor barang baku perlu diperhatikan karena berpengaruh besar ke industri dan perdagangan. Sementara penurunan impor barang modal berpengaruh ke investasi,” tandasnya.

Pada saat yang sama, penurunan ekspor juga terjadi pada semua sektor, baik pertanian,  industri pengolahan, serta pertambangan dan lainnya. Hanya sektor migas masih mengalami pertumbuhan sebesar 15,64% mom, tetapi tetap turun 42,64% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Suhariyanto berharap, adanya kebijakan new normal dari pemerintah, bisa meningkatkan kembali aktivitas ekonomi, termasuk kegiatan impor dan ekspor .

“Diharapkan bisa meningkatkan (impor) dengan new normal ini. Pertumbuhan ekonomi juga kami harapkan bisa meningkat,” tambahnya.

Bisa surplus tahun ini

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan, aktivitas perekonomian di kota-kota besar akan meningkat sejalan dengan adanya pelonggaran kebijakan PSBB oleh pemerintah. Namun, dampak terhadap perbaikan kinerja impor dan ekspor akan bertahap.

“Dan saya pikir, banyak importir yang akan manfaatkan penguatan rupiah,”.

Ia memperkirakan, impor dan ekspor akan naik 30%-50% dari kondisi saat PSBB dan berharap bisa meningkat 70% di akhir tahun nanti.

Kepala Ekonom Danareksa Moekti Prasetiani juga mengatakan, aktivitas industri belum akan kembali seperti kondisi sebelum pandemi meski ada new normal. Sebab selama tiga bulan belakangan banyak perusahaan yang terpaksa mengalihkan rencana keuangannya dari investasi menjadi untuk pembayaran gaji dan tunjangan hari raya (THR).

Di sisi lain, permintaan juga masih lemah. “Diperlukan waktu yang agak lama untuk pengusaha kembali ke posisi normalnya,” tandas Moekti.

Ekonom Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan Eric Sugandi mengatakan, impor bahan baku dan barang modal akan meningkat ketika aktivitas produksi dibuka kembali secara bertahap.

Hanya saja, pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal belum akan cepat karena aktivitas produksi juga belum sepenuhnya pulih.

“Dengan impor yang masih cenderung turun, neraca perdagangan Indonesia akan surplus US$ 4 miliar-US$ 6 miliar tahun ini,” kata Eric. 

Sumber: Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only