Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meyakini perekonomian Indonesia pada kuartal II ini akan mengalami kontraksi hingga minus 5,1%. Terutama, karena tekanan paling berat dari pandemi Covid-19 terjadi di bulan April dan Mei.
Hal ini disampaikan saat rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI mengenai Laporan Semester I dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN 2020.
”Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2020 akan mengalami kontraksi yang berkisar -3,5% hingga -5,1%, dengan titik tengah -3,8%,” ujarnya, Kamis (9/7/2020).
”Dampak pandemi Covid-19 terhadap perekononian kita di tahun 2020 ini adalah pertumbuhan yang merosot,” tambahnya.
Menurutnya, pelemahan perekonomian akibat Covid-19 sudah terlihat sejak kuartal I-2020, dimana hanya mampu tumbuh 2,97%. Padahal, tekanan pandemi terlihat di RI baru pada Maret 2020, sehingg kuartal II dipastikan lebih merosot tajam.
”Kami menunjukkan bahwa pada kuartal I sudah terjadi penurunan yang cukup drastis dari adanya Covid ini yaitu adanya penurunan pertumbuhan di kisaran 3% atau 2,97%. Ini penurunan cukup tajam dibandingkan rata rata pertumbuhan kita yang berada diatas 5%,” kata dia.
Dengan pertumbuhan di kuartal I hanya 2,97% dan pada kuartal II diproyeksi minus hingga 5,1% dengan titik tengah minus 3,8%, maka PDB sepanjang semester I-2020 pasti akan ikut minus.
”Sehingga range semester I range dari pertumbuhan ekonominya adalah antara -1,1% hingga -0,4%,” jelasnya.
Ia pun berharap di kuartal III bisa mulai ada perbaikan dengan pertumbuhan ke arah positif. Kuartal III diproyeksi bisa tumbuh positif 1,2% hingga minus 1% dan kuartal IV sepenuhnya positif dikisaran 1,6% hingga 3,2%.
“Kuartal III kita berharap akan terjadi pemulihan. Oleh karena itu nanti proyeksi ekonominya kita masih bisa mencapai range yang mendekati 0 atau bahkan positif yaitu antara -0,4% hingga 1% (full year),” tegasnya.
Sumber : CnbcIndonesia.com
Leave a Reply