Tangani Corona, Pemerintah Ajak Masyarakat Beli Sukuk Ritel SR013

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Lucky Alfirman menyampaikan bahwa pandemi covid-19 telah memberikan efek domino dari sektor kesehatan sampai ke sektor ekonomi. Maka dari itu, pemerintah mengajak masyarakat untuk ikut investasi dalam Sukuk Ritel SR013 yang dananya juga digunakan untuk modal penanganan virus covid-19.

“Seluruh dunia saat ini masih sibuk bagaimana menangani pandemi covid-19. Maka dari itu, pemerintah tentu perlu memitigasi dampak tersebut. Salah satunya adalah dampak pada perekonomian,” ujar Lucky dalam Virtual Launching Sukuk Ritel kode SR 013 pada Jumat (28/8).

Dampak merebaknya covid-19 ini jelas terasa pada perekonomian seluruh negara khususnya di kuartal-II. “Kemarin, sudah terlihat penurunan yang sangat tajam, bahkan bukan sifatnya kontraksi bahkan, pertumbuhan minusnya pun sudah mencapai 2 digit,” imbuhnya.

Tercatat Inggris dan Spanyol sudah menyentuh 22 persen, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand yang semua minusnya di atas 10 persen, diikuti dengan Indonesia yang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nya mengalami kontraksi minus 5,32 persen. Dia juga menambahkan, kontraksi terjadi di semua komponen dari konsumsi rumah tangga, investasi, sampai ekspor-impor.

Terjadinya kemerosotan aktivitas ekonomi tentunya berdampak pada daya pajak masyarakat. Hal ini berpengaruh pada jumlah Anggaran Pemerintah dan Belanja Negara (APBN). “Namun demikian, pemerintah harus memastikan pada masyarakat bahwa ekonomi masih dalam kondisi sehat,” ujar Lucky.

Maka dari itu, pemerintah memfokuskan kinerjanya pada bagaimana sektor kesehatan tetap terjaga, menjaga daya beli masyarakat menengah ke bawah dengan meluncurkan berbagai bantuan sosial seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta memastikan bahwa dunia usaha bisa terus bergerak.

“Memastikan semua ini lancar, tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Risikonya, dari segi penerimaan, APBN mengalami penurunan,” kata Lucky.

Sementara itu, dari sisi pembelanjaan, APBN tentu menggelontorkan pembiayaan yang besar agar ekonomi masyarakat tetap sehat. Sehingga, APBN harus mengalami defisit sebanyak 6,34 persen atau sebesar 1.039,2 Triliun.

“Kondisi pandemi seperti sekarang membuat hal ini wajar. Hampir semua negara juga memberikan stimulus fiskal yang besar. Australia bahkan mengambil 10 persen dari PDB untuk pelebaran defisitnya,” jelas Lucky.

Dalam rangka menutup defisit ini, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menerbitkan diversifikasi pembiayaan APBN yang juga berguna sebagai alternatif instrumen investasi masyarakat bernama Sukuk Ritel SR013.

“Jadi, masyarakat yang punya dana lebih bisa ikut berpartisipasi dalam pembangunan negara, ketimbang hanya sekadar menabung di Bank,” tutupnya.

Sumber: Merdeka.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only