Indeks manufaktur diprediksi terus naik, ini saham-saham yang layak dilirik

JAKARTA. Sektor manufaktur di Indonesia sudah mulai membaik di penghujung tahun 2020. Ini terbukti dari indeks manufaktur Indonesia yang tercermin pada Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur pada bulan Desember 2020 berada di level 51,3. 

Asal tahu saja, posisi ini lebih tinggi ketimbang PMI Manufaktur bulan November 2020 yang berada di level 50,6. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Anthony Kevin menjelaskan, dengan PMI Manufaktur yang berada di level tersebut menandakan bahwa sektor manufaktur kian ekspansif terutama dalam dua bulan berturut-turut. Mengingat, sektor manufaktur dapat dikatakan ekspansif jika berada di atas level 50.

“Ekspansi aktivitas manufaktur lebih lanjut tentu memberikan kelegaan, mengingat industri manufaktur merupakan industri terbesar di Indonesia dengan kontribusi hingga 21% terhadap total PDB tahun 2019,” jelas Kevin dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Selasa (5/1). 

IHS Markit mencatat bahwa ekspansi lanjutan atas aktivitas manufaktur didorong oleh kenaikan permintaan yang pada akhirnya mendorong kenaikan produksi. Di sisi lain, tetap ada beberapa risiko bagi perekonomian Indonesia. Contohnya, tenaga kerja di sektor manufaktur terus berkurang dalam 10 bulan beruntun.

Adapun pada bulan Januari 2020, Kevin memproyeksikan aktivitas manufaktur Indonesia akan kembali mencatatkan ekspansi walaupun tipis. 

“Perkembangan yang positif terkait dengan vaksin virus corona bisa terus mendorong optimisme di sisi konsumen, yang pada akhirnya akan kembali mendorong permintaan naik,” jelas Kevin. 

Akan tetapi, kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia memaksa pemerintah terus memberlakukan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB). Pada akhirnya hal tersebut bisa terus menghadirkan disrupsi terhadap pengadaan bahan baku.

Lebih optimistis, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji memprediksi, PMI Manufaktur bisa menyentuh level 54,4 dalam jangka panjang. 

“Minimal dalam jangka waktu tiga bulan atau setahun tergantung  kondisi daripada isu yang berkembang saat ini,” kata dia ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (6/1). 

Nafan optimistis, target tersebut akan tercapai karena kondisi ekonomi akan pulih secara bertahap. Ia pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 4,97% hingga 5% tahun ini. 

Kondisi yang membaik tidak lepas dari adanya upaya pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan proses vaksinasi yang mulai berjalan. Di samping itu, Omnibus Law menjadi faktor penguat lainnya karena akan memaksimalkan penyerapan tenaga kerja ke depan. 

Di tengah sektor manufaktur yang diprediksi membaik, Nafan melihat saham PT Astra International Tbk (ASII) atraktif. Ini terdorong oleh kabar relaksasi stimulus fiskal terkait pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) kendaraan bermotor yang masih diupayakan. 

Di sisi lain, pasar otomotif mengalami pemulihan cukup baik walaupun memang tidak sekuat sebelum masa pandemi. Ia pun menyarankan beli dengan target harga Rp 6.800 per saham untuk ASII. 

Di sisi lain, saham manufaktur khususnya barang konsumen seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga menarik. 

Nafan melihat, saham-saham tersebut akan ditopang oleh sentimen bantuan-bantuan pemerintah ke masyarakat, sehingga daya beli akan meningkat. Ia pun menyarankan beli saham GGRM dengan target harga maksimal di Rp 66.125, HMSP dengan target harga maksimal Rp 2.550, KLBF dengan target harga Rp 1.850, dan INDEF dengan target harga Rp 8.275 per saham.

Sumber : Kontan.co.id, Kamis 7 Januari 2021

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only