Belanja Pemerintah Digenjot di Awal Tahun

Defisit anggara hingga 31 Januari 2021 senilai Rp 45,7 triliun akibat pemasukan pajak seret

JAKARTA. Pemerintah berupaya menggenjot belanja di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun dari sisi penerimaan negara belum ada tanda-tanda pemulihan, pemerintah terus mempercepat belanja di awal tahun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, berdasarkan realisasi APBN pada Januari 2021 belanja pemerintah mencapai Rp 145,8 triliun, atau meningkat 4,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Belanja negara ini terdiri dari belanja pemerintah pusat dengan realisasi sebesar Rp 94,7 triliun atau tumbuh 32,4% yoy.

Belanja negara tersebut termasuk juga untuk program perlindungan sosial untuk mendongkrak konsumsi masyarakat miskin. Menkeu berharap percepatan belanja pemerintah pusat ini bisa menjadi pengungkit bagi sektor usaha untuk bergerak pada awal tahun ini.

Hasilnya, Menkeu mengklaim bahwa belanja pemerintah di awal tahun ini meningkat dibandingkan Januari 2020. Inilah yang kami sebutkan sebagai daya dorong belanja di Januari termasuk untuk belanja kementerian dan lembaga (K/L) maupun non-KL,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers Realisasi APBN 2021 Periode Januari, Selasa (23/1).

Sri Mulyani menjelaskan, kendati belanja lebih deras, pada awal tahun ini setoran pajak masih minim. Kondisi ini terjadi akibat ekonomi masih tertekan pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.

Kementerian Keuangan mencatat, realisasi pajak penghasilan (PPh) dari sektor minyak bumi dan gas alam (migas) baru sebesar Rp 2,3 triliun atau turun 19,8% yoy. Pencapaian PPh migas itu lebih buruk dibandingkan dengan pajak non migas yang juga masih mengalami penurunan hingga 15,2% yoy.

Penerimaan yang masih loyo di tengah upaya menggenjot realisasi belanja inilah yang menyebabkan defisit anggaran pada Januari 2021 mencapai Rp 45,7 triliun. Realisasi defisit APBN dalam satu bulan itu setara dengan 0,26% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau di atas periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 0,23% dari PDB. Sebagai catatan pada tahun ini pemerintah memperkirakan defisit anggaran mencapai 5,7% dari PDB.

Sementara itu realisasi pembiayaan pada Januari 2021 sebesar Rp 165,9 triliun tumbuh 140,7% secara tahunan. Angka tersebut juga setara 16,5% dari outlook pembiayaan hingga akhir tahun ini yan mencapai Rp 1.006,4 triliun.

Kepala Ekonomi Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho menilai APBN 2021 masih akan menghadapi tantangan sepanjang tahun ini. Lantaran penerimaan pajak untuk 2021 ini bakal sulit tumbuh positif akibat mayoritas korporasi masih dalam kondisi krisis imbas pandemi korona. Ini tercermin dari realisasi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Badan bulan lalu yang kontraksi hingga 54,44% yoy.

Ia menilai tidak ada jalan yakni lain pengendalian virus korona dan program vaksinasi harus berhasil, agar mendorong petumbuhan ekonomi dan investasi. Jika berhasil pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2021 bisa 3% yoy.

Sumber: Harian Kontan, Rabu 24 Feb 2021 hal 2

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only