Harga Minyak dan Utang Angkat Cadangan Devisa

JAKARTA. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2021 kembali naik ke level tertingginya sepanjang sejarah. Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2021 sebesar US$ 138,8 miliar naik tipis ketimbang Januari 2021 sebesar US$ 138,0 miliar.

Dalam hitungan BI cadangan devisa ini cukup untuk membiayai impor 10,5 bulan atau 10 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi ini berada di atas standar kecukupan internasional yakni tiga bulan.

Kenaikan cadangan devisa, berasal dari penarikan utang oleh pemerintah dan penerimaan pajak terutama pajak penghasilan (PPh) migas.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menyatakan optimistis, penerimaan PPh migas bulan Februari bakal meningkat, sejalan dengan perbaikan harga minyak mentah dunia.

Asal tahu saja, pada bulan Februari 2021, harga minyak mentah Indonesia alias Indonesia Crude Price (ICP) tercatat US$ 60,36 per barel. Posisi ini naik dari bulan Januari yang berada di level US$ 53,17 per barel. Sementara nilai tukar rupiah pada 26 Februari lalu berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) berada di level Rp 14.229 per dollar Amerika Serikat (AS). Posisi ini melemah dibandingkan dengan 1 Februari yang sebesar Rp 14.042 per dollar AS.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyebut, cadangan devisa yang besar tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

“Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi,” kata Erwin dalam pernyataan tertulis, Jumat (5/2).

Meskipun demikian, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, beberapa bulan ke depan cadangan devisa berpotensi turun seiring proyeksi kenaikan yield US Thresury yang memicu outflow. Ini akan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Sebab itu, ia menyarankan ada kebijakan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah oleh bank sentral. Apalagi, kuartal I merupakan periode pembayaran pendapatan hasil investasi pada investor nonresiden.

Kenaikan impor

Kabar baiknya, Faisal memprediksi penurunan cadangan devisa hanya berlangsung sesaat. Sebab, secara umum di semester I-2021 surplus perdagangan diyakini akan berlanjut yang ditopang harga komoditas. Walaupun, secara nilai mengecil akibat naiknya impor. Namun kenaikan impor juga penting dalam proses pemulihan ekonomi 2021.

Hanya saja, Faisal mewanti-wanti, impor Indonesia bakal melonjak di semester kedua 2021 ini, sejalan dengan pemulihan kegiatan investasi padat modal terutama, kenaikan impor bahan baku dan barang modal.

“Namun saat itu, kemungkinan aliran foreign direct investment (FDI) akan masuk seiring implementasi Omnibus Law, Lembaga Pengelola Investasi (LPI), dan program vaksinasi sehingga menaikkan permintaan,” kata Faisal kepada KONTAN, Jumat (5/3).

Dari sisi neraca pembayaran Indonesia (NPI), tahun ini diperkirakan akan mencatat surplus yang lebih tinggi dari tahun lalu. Karenanya, tahun ini arus masuk modal asing ke portofolio baik obligasi maupun saham kembali moncer.

“Faktor utama yang menyebabkan masuknya kembali arus modal asing adalah manajemen risiko fiskal yang baik, suku bunga yang masih menarik, dan nilai tukar rupiah stabil,” ujar Faisal.

Adapun hingga akhir tahun ini, proyeksi Faisal rupiah akan bertengger di level Rp 14.085 per dollar AS, menguat 3,25% dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 14.543 per dollar AS.

Sumber: Harian Kontan, Sabtu 06 Mar 2021 hal 2

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only