Mencuil Peluang dari Insentif Negara

JAKARTA. Tahun lalu menjadi tahun berat bagi PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Laba bersih emiten properti ini anjlok 90% secara year on year (yoy) menjadi Rp 282 miliar. Tapi untungnya pada kuartal IV-2020, marketing sales BSDE tumbuh 46,6% secara yoy jadi Rp 1,8 triliun.

Pencapaian utama tersebut karena BSD City meluncurkan tujuh proyek baru. Proyek tersebut menyumbang Rp 1,4 triliun. Secara akumulasi, marketing sales BSDE pada tahun lalu sebesar Rp 6,5 triliun, stagnan dari 2019.

Analis Samuel Sekuritas Ilham Akbar Muhammad dalam risetnya menuliskan, realisasi tersebut sejalan dengan program promosi “Move in Quickly“. Dalam program tersebut BSDE menawarkan produk perumahan siap huni atau sedang dalam pembangunan.

BSDE juga menawarkan diskon hingga 15% bagi konsumen yang menggunakan KPR dan diskon 20% untuk yang membayar secara tunai. “Program ini saya nilai tepat dijalankan masa pandemi Covid-19, sebab bisa mengkonversi rumah siap huni menjadi kas. BSDE diperkirakan mendapatkan kas kurang lebih Rp 1 triliun dari marketing sales 2020,” jelas Ilham.

Pada tahun ini, Ilham memperkirakan, marketing sales BSDE bisa tumbuh moderat menjadi Rp 6,5 triliunRp 7 triliun. Dia menambahkan, produk landed residential segmen menengah dan first time buyer dengan harga kurang dari Rp 2 miliar per unit masih akan jadi penopang.

Efek DP 0%

Analis Ciptadana Yasmin Soulisa merinci, marketing sales tahun ini akan berasal dari penjualan sisa persediaan dengan komposisi 63% landed houses, 23% commercial sales dan 14% penjualan tanah ke perusahaan joint venture. Pada tahun ini, Yasmin menilai, BSDE akan mendapatkan keuntungan lebih.

Sebab ada pelonggaran LTV (loan to value) yang berlaku sejak Maret hingga Desember nanti. Harapannya, permintaan properti menjadi lebih tinggi dari pada tahun lalu. Hitungan Yasmin, pada tahun ini marketing sales BSDE bisa mencapai Rp 7 triliun.

Analis Maybank Kim Eng Aurellia Setiabudi dalam riset yang dirilis 23 Maret lalu juga sepakat menyebut BSDE akan menjadi salah satu emiten properti yang menuai berkah dari pelonggaran LTV. Ini karena sebagian besar pembeli rumah BSDE menggunakan sistem kredit. Pada tahun 2020, transaksi BSDE yang berasal dari kredit mencapai 65% dari total transaksi.

Pada tahun ini, pemerintah juga memberi insentif pajak kepada pengembang. Pemerintah menanggung 100% pajak pertambahan nilai (PPN) untuk rumah susun dan rumah tapak dengan harga jual maksimal Rp 2 miliar. Sedangkan rumah tapak dan rumah susun harga lebih dari Rp 2 miliar sampai Rp 5 miliar ditanggung 50%.

Menurut Aurellia, ini akan membantu BSDE untuk menjual properti siap jual yang selama ini melambat. Properti milik BSDE dianggap lebih tangguh dibandingkan perusahaan sejenis, sebab sebagian besar portofolio berada dekat perkantoran besar dan memiliki dua mal dengan konsep semi-outdoor.

Walaupun BSDE melaporkan ada hambatan di segmen perkantoran, Aurellia menilai hambatan ini dapat diatasi dengan meningkatnya tingkat hunian di gedung perkantoran baru milik BSDE, yaitu Green Office Park (GOP 1). Pendapatan sewa BSDE pada 2020 memang turun 29% secara yoy menjadi Rp 1,22 triliun.

Yasmin menuturkan, BSDE sudah menurunkan tarif dasar sewa demi mempertahankan pendapatan sewa. Tapi, ia percaya tahun ini, laba bersih BSDE bisa naik 165,25% menjadi Rp 748 miliar.

Yasmin merekomendasikan tahan BSDE dengan target harga Rp 1.210. Aurellia merekomendasikan beli dengan target harga Rp 1.850. Ilham merekomendasikan beli dengan target Rp 1.350.

Sumber: Harian Kontan, Jumat 09 Apr 2021 hal 6

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only