Kredit Konsumer Masih Belum Lumer

Penyaluran kredit konsumer masih tersendat di kuartal pertama tahun ini. Bagaimana prospeknya ke depan?

Bagai petir di siang bolong. Pameo lawas itu tampaknya pas menggambarkan keputusan yang di ambil Citigroup. Betapa tidak tanpa desas desus yang beredar sebelumnya, pekan lalu, raksasa jasa keuangan asal Amerika Serikat itu tiba-tiba mengumumkan untuk keluar dari bisnis perbankan ritel di 13 negara, termasuk Indonesia.

Dus, langkah yang diambil Citigroup itu menyisakan tanda tanya besar. Salah satunya, benarkah bisnis perbankan di Indonesia tak lagi menarik, terutama segmen kredit konsumsi yang selama ini menjadi fokus bisnis Citibank? Hanya manajemen Citigroup dan Citibank Indonesia yang punya alasanya.

Yang pasti, kondisi bisnis perbankan di Indonesia saat ini memang sedang penuh tangan. Pada masa pandemi Covid-19 yang merebak di Nusantara sejak Maret tahun lalu, tantangan terbesar perbankan adalah mengatasi seretnya penyaluran kredit. Tidak terkecuali kredit konsumsi. Siapapun mafhum, akibat badai wabah virus asal Wuhan China itu, daya beli masyarakat ambruk.

Paling tidak, kondisi tersebut bisa dilihat dari anjloknya penyaluran kredit konsumsi. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, sampai Januari 2021, penyaluran kredit konsumsi perbankan hanya sebesar Rp 1.541,80 triliun. Angka ini turun dibandingkan tahun lalu atau secara year on year (yoy) Rp 1.557,74 triliun.

Data OJK itu sejalan dengan kondisi yang dialami sejumlah bank di negeri ini. Ambil contoh PT Bank Mandiri Tbk (Mandiri). Rudi As Aturridha, Corporate Secretary Bank Mandiri, menuturkan, per Feb 2021, penyaluran kredit konsumsi ritel Bank Mandiri mencapai Rp 150 triliun. Jika dibandingkan dengan Desember 2020, laju kredit konsumsi itu terkontraksi sekitar 1,5% year to date (ytd).

Kebijakan larangan mudik Lebaran ikut memperlibatkan permintaan kredit konsumer, terutama KKB.

Kredit masih kontraksi.

Rudi menyebutkan, porsi kredit konsumsi Bank Mandiri terhadap total kredit konsumsi Bank Mandiri terhadap total kredit per Februari 2021 mencapai 19,92%. Adapun, kredit tanpa agunan (KTA), kredit pemilikan rumah (KPR), dan auto loan (KKB) sebagai kontributor utama dimana porsi ketiga kredit itu mencapai 91,5% dari total kredit konsumsi Bank Mandiri.

Penurunan kredit konsumsi juga dirasakan sejumlah bank swasta papan atas. Contohnya PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sampai akhir Maret 2021, penyaluran kredit konsumer BCA terkontraksi 10% (yoy) menjadi Rp 135 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, penyaluran KPR turun 3,4% yoy menjadi Rp 89,4 triliun dan kredit kendaraan bermotor (KKB) turun 23,7% yoy jadi Rp 36 triliun.

Tak cuma itu, saldo outstanding kartu kredit BCA yang merupakan segmen KTA juga turun 10,2% secara yoy menjadi Rp 11,1 triliun. “Pengajuan aplikasi kredit konsumer baru dari BCA Online Expoversary diharapkan akan berkontribusi bagi penyaluran kredit baru pada triwulan II tahun ini,” kata Jahja Setiaatmadja, dalam keterangan resmi secara virtual, Kamis (22/4).

Setali tiga uang, penurunan kredit konsumer dialami PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga). Lani Darmawan, Direktur Consumer Banking CIMB Niaga, mengatakan, salah satu segmen bisnis konsumer perseroan, yakni KTA, masih terkontraksi 12% secara tahunan per kuartal I-2021.

Betul menukliknya penyaluran kredit konsumer dan KTA perbankan di Tanah Air dipicu sejumlah faktor. Menurut Ucok Pulungan, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), pada masa pandemi Covid-19 masyarakat masih berhati-hati menarik kredit dari bank. Salah satu alasannya, masa pagebluk belum berakhir, meski program vaksinasi virus sudah berjalan.

Kondisi itu, kata Ucok, diperparah dengan kebijakan pemerintah yang masih membatasi ruang gerak aktivitas masyarakat. Ucok mencontohkan kebijakan larangan mudik Lebaran tahun ini, yang diberlakukan mulai 22 April hingga 24 Mei 2021. “Akibat kebijakan ini, permintaan kredit konsumer, terutama KKB, ikut terdampak,” papar Ucok.

Sejalan dengan itu, Ucok mempryeksi penyaluran kredit konsumsi masih akan terkontraksi hingga akhi tahun ini. “Kebijakan stimulus berupa penurunan PPnBM dan DP 0% tidak memberikan efek signifikan bagi penyaluran kredit perbankan,” imbuh dia.

Toh, para bankir tetap optimistis penyaluran kredit konsumer, terutama KTA, akan tumbuh tahun ini. Menurut Lani, bisnis KTA bisa lebih baik ketimbang tahun lalu. Ini lantaran program vaksinasi sudah ada dan perekonomian menunjukkan pemulihan.

Optimisme juga diungkapkan Corina Leyla Karnalies, Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Negara Indonesia Tbk. Pada tahun ini, kata Corina, BNI menargetkan penyaluran kredit konsumer dapat tumbuh di kisaran 3%-5% diandingkan tahun 2020. “Sementara untuk KTA target penyaluran hingga akhir 2021 diharapkan dapat tumbuh dua digit bila dibandingkan tahun 2020,” katanya.

Strategi bank

Tentu, target pertumbuhan kredit konsumer yang dibidik BNI bukan tanpa alasan. Pasalnya, kredit konsumer BNI hingga kuartal pertama tahun ini masih tumbuh 6,7% secara yoy. Corina mengklaim, bila dibandingkan dengan industri sampai periode Februari 2021, pertumbuhan kredit konsumer BNI tumbuh lebih tinggi dan mengalami peningkatan market share 0,1%.

Corina menjelaskan, total ekspansi kredit konsumer pada Q1-2021 mencapai Rp 1,8 triliun. Dari jumlah tersebut, kontrbusi terbesar pertumbuhan kredit konsumer disumbang oleh prduk KTA dengan porsi dikisaran 66%, ekspansi produk KPR di kisaran 30,4% dan kartu kredit 3,5%. Adapun, portofolio kredit konsumer BNI per Maret 2021 mencapai 16,2% terhadap keseluruhan kredit BNI.

Menurut Corina, pertumbuhan kredit konsumer BNI ditunjang adanya relaksasi suku bunga acuan BI untuk lending facility sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,25% pada Februari 2021. Selain itu, adanya program-program yang digelar BNI untuk menarik nasabah, yaitu tawaran special princing untuk kredit konsumer.

Yang tak kalah penting, lanjut Corina, pertumbuhan kredit konsumer juga ditopang kemudahan pengajuan kredit lewat digital e-form. Lewat fitur ini, nasabah dapat mensimplifikasi proses pengajuan kredit sebagai solusi layanan di masa pandemi. “Target nasabah BNI dalam penyaluran KTA adalah nasabah potensial, baik BUMN, swasta maupun kementerian yang ber-payroll di BNI. Total nasabah KTA BNI per Maret 2021 di kisaran 360.000an nasabah,” kata Corina.

Untuk mencapai target tahun ini, BNI telah merancang sejumlah strategi. Antara lain, untuk menjaring nasabah KTA, BNI masih akan memfokuskan ekspansi kredit ke nasabah eksisting dengan suku bunga dan fitur yang bersaing. Hal ini juga sejalan dengan upaya BNI dalam melakukan ekspansi kredit secara lebih selektif dan dalam rangka menjaga kualitas aset.

Target pertumbuhan kredit konsumer juga dipatok Bank Mandiri. Rudi As Aturridha menyebutkan, hingga akhir tahun ini, pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit konsumsi bisa di atas 5% secara yoy. “Kami optimistis pada tahun ini permintaan kredit konsumsi akan naik seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian tahun ini,” tegas dia.

Demi mencapai target, kata Rudi, Bank Mandiri akan tetap fokus menggarap target market segmen payroll, terutama dari value chain nasabah korporasi, komersial, dan kelembagaan, baik melalui direct sales maupun secara digital.

Strategi serupa juga bakal dijalankan CIMB Niaga. Lani bilang, optimalisasi bisnis KTA akan ditempuh perseroan melalui kanal digital. Misalnya, pengajuan kredit ini bisa dilakukan melalui aplikasi Octo Mobile namun masih pre approved basis. Sedangkan untuk KTA, CIMB Niaga akan fokus melancarkan strategi cross selling existing nasabah CIMB Niaga dan payroll base.

Sumber: Tabloid Kontan 26 April-02 Mei 2021 hal 8,9

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only