Aura Negatif dari AS Bawa Bursa Saham Asia Melemah

Bursa saham utama kawasan Asia ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (9/11/2018): indeks Nikkei turun 1,05%, indeks Shanghai turun 1,39%, indeks Hang Seng turun 2,39%, indeks Strait Times turun 0,49%, dan indeks Kospi turun 0,31%.

Positifnya data ekspor-impor China tak mampu mengangkat kinerja bursa saham Benua Kuning seperti kemarin (8/11/2018). Kemarin, ekspor China periode Oktober 2018
diumumkan tumbuh sebesar 15,6% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 11% YoY, seperti dilansir dari CNBC International. Sementara itu, impor tumbuh sebesar 21,4% YoY, juga mengalahkan konsensus yang sebesar 14% YoY.

Ini artinya, perang dagang yang tengah berkecamuk dengan AS terbukti belum bisa menekan ekspor-impor Negeri Panda.

Sebagai informasi, pada September 2018, AS resmi mengenakan bea masuk 10% atas importasi produk asal China senilai US$200 miliar. Beijing pun membalas dengan
mengenakan bea masuk baru atas importasi produk asal AS senilai US$60 miliar.

Hasil pertemuan bank sentral AS Federal Reserve yang diumumkan pada dini hari tadi membuat pelaku pasar khawatir. Walaupun tingkat suku bunga acuan tak diubah, the Fed memberi sinyal bahwa rencana normalisasi pada bulan Desember akan dieksekusi.

“Komite menilai bahwa kenaikan suku bunga acuan secara bertahap adalah kebijakan yang konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah. Risiko dalam perekonomian masih seimbang,” menurut pernyataan FOMC.

Padahal, the Fed sendiri mengakui bahwa laju investasi mulai melambat setelah melesat kencang sejak awal tahun. Hal ini mengindikasikan potensi perlamabatan ekonomi di masa depan.

Jika suku bunga acuan tetap dinaikkan sementara nantinya laju perekonomian AS melambat, maka perlambatan yang terjadi bisa kian parah dan memukul perekonomian dunia.

Masih dari AS, hasil midterm elections membebani laju bursa saham Asia. Kini, posisi mayoritas di House of Representatives dipegang oleh Democratic setelah sebelumnya
dipegang oleh Republican, sementara Republican mempertahankan posisi mayoritasnya di Senate.

Dengan House of Representatives dikuasai oleh Democratic, kebijakan-kebijakan propertumbuhan ekonomi seperti pemotongan tingkat pajak memang akan menjadi sulit untuk diloloskan. Sebagai informasi, sekitar 2 minggu menjelang midterm elections, Presiden AS Donald Trump menebar wacana untuk memangkas pajak penghasilan individu kelas menengah sebesar 10%.

Lebih lanjut, jika Trump berusaha mendongkrak perekonomian melalui belanja secara jor-joran, langkah ini kemungkinan besar juga akan dijegal oleh Democratic. Pasalnya, defisit anggaran di Negeri Paman Sam sudah begitu tinggi. Pada tahun fiskal 2018, defisit anggaran di AS tercatat sebesar US$729 miliar, naik 17% dari posisi tahun fiskal 2017 dan merupakan yang terbesar sejak 2012.

Sumber: cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only