Sri Mulyani Bicara soal Disrupsi Ekonomi

JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, ekonomi Indonesia saat ini sedang dalam momentum pulih pasca krisis keuangan global yang sempat terjadi pada era 2008-2009 silam.

Sri menuturkan, kala itu, ekonomi Indonesia mengalami disrupsi, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh di bawah 4 persen di tengah perubahan harga komoditas yang cukup ekstrem.

Dalam menghadapi situasi itu, pemerintah, kata Sri Mulyani menempuh kebijakan yang akrobatik untuk memulihkan perekonomian dalam negeri, terutama dari sisi pajak dan moneter.

“Saat itu sektor yang terancam adalah perbankan, harga saham jatuh, tapi secara keseluruhan kita tetap bisa jaga,” tutur Sri Mulyani di Hotel Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengibaratkan, menghadapi disrupsi ekonomi seperti sedang menaiki sebuah kapal, di mana hantaman gelombang bisa terjadi kapan saja.

“Kita seperti naik kapal, tidak pernah tiap hari mengharapkan laut atau mendapatkan laut itu tenang, kadang-kadang gelombang itu terjadi, bahkan bisa terjadi tsunami, di sinilah kita poinnnya memastikan seluruh penumpangnya selamat, dan kapalnya tetap melaju ke tempat tujuan,” ujarnya.

Sri Mulyani menyampaikan, masih ada tantangan yang masih akan dihadapi Indonesia seiring tengah masih tingginya ketidakpastian ekonomi global.

Tantangan itu antara lain bersumber dari Amerika Serikat yang melakukan normalisasi kebijakan moneter, kebijakan fiskal yang pro-cyclical yang menyebabkan kenaikan suku bunga dan imbal hasil surat berharga Amerika Serikat yang berimbas ke seluruh dunia.

Ia meyakini, ekonomi Indonesia masih dalam tren pertumbuhan yang positif, di mana pada triwulan III-2018, Produk Domestik Bruto Indonesia tumbuh 5,17 persen.

Depresiasi Rupiah sebesar 6,7 persen sejak awal tahun dengan tingkat inflasi di bawah 3 persen secara akumulasi. Namun Sri Mulyani mengakui, dari sisi defisit transaksi berjalan masih meningkat.

Pemerintah juga telah menempuh langah-langkah menekan defisit transaksi berjalan dengan mengurangi impor, mendorong ekspor dan mandatori biodisesel 20 persen.

“Konteks yang sedang jadi fokus di 2019 adalah menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, stabilitasnya juga dijaga,” pungkas Ani.

Sumber: tribunnews.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only