JAKARTA.Pemerintah meluncurkan berbagai insentif pada tahun ini untuk membuat sektor properti lebih bergairah. Namun, siklus kelesuan sektor properti, terutama untuk tujuan investasi, tampaknya masih belum akan berakhir tahun depan. Sektor properti terhambat tren suku bunga yang masih tinggi dan potensi pengetatan likuiditas.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Property Outlook 2019, Senin (17/12)mengingatkan, Internasional Moneter Fund (IMF) proyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2019 bakal melambat dari sebelumnya 3,9% menjadi 3,5%. Perlambatan ekonomi biasanya diikuti melemahnya sektor properti.
“Selain masalah pertumbuhan, sektor properti akan sangat dipengaruhi suku bunga,inflasi, dan juga pengetatan likuiditas,” ujar Sri Mulyani saat memberikan keynote speech.
Besarnya kaitan perkembangan sektor properti dengan kondisi makro ekonomi harus menjadi perhatian para pelaku industri. Layaknya tahun 2008-2009, krisis ekonomi membuat harga properti berguguran hingga akhirnya kembali bangkit karena kebijakan quantitative easing di negara-negara maju.
Meski akan melambat, Sri Mulyani menyatakan akan terus berupaya menggarap berbagai kebijakan fiskal yang dapat mendukung sektor properti. Antara lain, relaksasi di bidang perpajakan seperti pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai(PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
Ekonom Bank Central Asia David Samual mengatakan, risiko global turun tahun depan masih tinggi. Tambah lagi, kebijakan terkait suku bunga acuan masih dalam tren peningkatan. “Melihat kondisi makro sekarang, properti yang terkait dengan investasi kelihatannya masih akan stagnan tahun depan,” ujar David.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi sektor konstruksi terhadap produk domesik bruto (PDB) tahun 2016 sebesar 10,38% dan tahun 2017 hanya 10,38%.Kontribusi sektor real estat terhadap PDB tahun 2016 sebesar 2,82% dan 2017 menjadi 2,79%. David proyeksi porsi sektor properti terhadap PDB tahun ini dan tahun 2019 di kisaran 13% sampai 14%.
Managing Director Sinar Mas Land Donny Rahayu mengamini, segmen properti menengah keatas menjadi yang paling lesu dalam beberapa tahun terakhir. “Terutama segmen perkantoran, banyak pelaku yang sampai banting harga memberi harga sewa Rp 150.000 per meter. Ukuran Jakarta, itu murah sekali,” tutur Donny.
Menurut Donny, strategi bagi pelaku industri yang tepat saat ini adalah memastikan relevansi produk yang ditawarkan dengan pasar. Diantaranya, membuat produk rumahan hunian untuk pemilik rumah pertama dan produk bangunan berkonsep ramah lingkungan (green-building) yang makin banyak diminati.
Sumber : Harian Kontan
Leave a Reply