Inflasi Juli Melambat, tapi Harus Waspada

JAKARTA. Laju inflasi Juli 2018 kemungkinan sedikit melambat dibanding Juni lantaran faktor musiman. Namun, tingkat inflasi berpotensi meningkat hingga akhir tahun. Sejumlah risiko dari eksternal bisa mendongkrak inflasi kalau pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak siggap.

Hari ini (1/8), Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka inflasi Juli. Sejumlah ekonom yang dihubungi KONTAN satu suara, inflasi bulan lalu akan terkendali, di kisaran 0,2%-0,3%. Angka itu turun dibandingkan dengan inflasi Juni yang mencapai 0,59%. “Perkiraan kami, inflasi sebesar 0,29% secara bulanan, turun dari bulan sebelumnya karena sudah tidak ada faktor Lebaran,” kata Aldian Taloputra, Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Senin (31/7).

Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) BI, inflasi sampai pekan keempat Juli sebesar 0,25%. Tekanan inflasi datang dari kenaikan harga beberapa komoditas pangan non-beras, seperti daging dan telur ayam ras.

Inflalsi telur ayam mencapai 14% ketimbang Juni, lalu daging ayam ras 6,9% dan cabai rawit sebesar 19%. Komoditas yang mengalami deflasi adalah daging sapi yang harganya turun 1,34%, bawang putih 4,7% , cabai merag 6,6%.

Pendorong inflasi Juli lainnya adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi dan biaya pendidikan, serta pelemahan rupiah. Faktor harga BBM dan rupiah harus diwaspadai. Sebab, harga minyak mentah dunia masih cenderung menguat dan tren nilai tukar mata uang garuda tetap akan melemah hingga akhir tahun nanti.

Eric Sugandi, Project Consultan Asian Development Bank Institute memperkirakan, laju inflalsi tahun kalender sampai ujung tahun ini ada di rentang 3,5%-3,8%. Sementara inflalsi tahunan atau year on year hanya 3,61%. “Meski begitu, saya masih melihat lebih mendekati batas bawah. Angka 3,8% bisa tercapai bila nilai tukar rupiah terus melemah secara persisten serta akibat harga minyak mentah dunia,” jelasnya.

Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Core Indonesia, juga memproyeksikan, potensi inflalsi sampai akhir tahun di kisaran 3,5%-4%. Soalnya, ada ancaman kekeringan yang berpotensi mendorong laju inflasi pangan ke depan.

Pelemahan rupiah, imbuh Faisal, bisa mengerek kenaikan harga bahan pangan dan barang-barang manufaktur. Selain itu, permintaan domestik juga sedikit demi sedikit sudah mulai menguat.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistyaningsih memprediksikan, inflasi hingga akhir tahun hanya 3,39% dan Juli 0,17%. Selain faktor pengendalian, juga karena permintaan rumahtangga masih belum pulih. “Meski pun rupiah melemah dan harga minyak naik, inflasi tetap terkendali,” kata Lana.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only