Ekspor Otomotif Jadi Peluang Devisa

Pemerintah berharap peningkatan ekspor kendaraan bisa turut berkontribusi dalam upaya memperbaiki neraca perdagangan

Jakarta Presiden Joko Widodo mengapresiasikan pencapaian akumulasi ekspor PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang menyentuh lebih dari 1juta unit mobil. Setidaknya TMMIN membutuhkan waktu 30 tahun untuk mewujudkannya. Secara eksplisit Presiden Jokowi mengharapkan peningkatan ekspor kendaraan nasional bisa turut memperbaiki neraca perdagangan.

Pemerintah bakal mempermudah perizinan ekspor kendaraan. Targetnya, agar Indonesia tak kalah dari Thailand. “Dengan ekspor yang membaik maka neraca perdagangan akan stabil dan supaya setiap hari kita tidak melihat kurs nilai tukar yang naik turun,” ungkap Presiden Jokowi di Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta, Rabu (5/9).

Akumulasi ekspor TMMIN tersebut merupakan realisasi dari komitmen yang sempat terucap dari mulut Presiden Direktur Toyota Motor  Corporation Akio Toyoda kepada Jokowi di Aichi, Jepang pada tahun 2015. Dalam kurun waktu 2,5 tahun, perusahaan multinasional tersebut membenamkan investasi hingga Rp 22,7 triliun.

Adapun Kementerian Perindustrian (Kemperin) memasukkan otomotif sebagai salah satu sektor prioritas dalam peta jalan pengembangan manufaktur nasional. Targetnya menjadikan Indonesia sebagai basis produksi kendaraan bermotor internal combustion engine (ICE) maupun electrified vehicle (EV) untuk pasar domestik dan ekspor.

Pada 2020 nanti, pemerintah menargetkan total volume ekspor mobil mencapai 1,5 juta unit. Kemperin menilai, butuh dukungan insentif fiskal untuk mendorong kinerja ekspor otomotif. “Misalnya, kami sedang mendorong peningkatan ekspor sedan dan mengambil peluang ke Australia,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, dalam kesempatan yang sama.

Sambil mengajar pasar ekspor APM memperkuat kemampuan produksi.

Saling berpacu

Sejatinya, TMMIN menempuh jalan panjang sebelum akhirnya mampu mencatatkan akumulasi ekspor lebih dari 1 juta unit mobil. Mereka mengawali debut perdana ekspor ke Brunei Darussalam pada 1987 silam melalui produk Kijang Super. Total ekspornya 50 unit mobil.

Kemudian tahun 2004 menjadi momentum terbaik bagi TMMIN untuk membesarkan pasar ekspor. Sebagai basis produksi Kijang Innova di kawasan regional, TMMIN kemudian berkesempatan memperluas penetrasi pasar global. Volume ekspor mereka kala itu sekitar 7.000 unit mobil per tahun.

Perlahan, performa ekspor TMMIN terus meningkat. Pada tahun 2013, volume ekspornya mencapai lebih dari 100.000 unit mobil per tahun. Sementara sepanjang 2017, mereka membukukan volume ekspor sebanyak 199.000 unit mobil per tahun.

Dalam catatan Kemperin pada tahun 2016 volume ekspor kendaraan utuh atau completely build up (CBU) bikinan TMMIN mencapai 169.000 unit dengan nilai US$ 2,1 miliar. Sementara tahun lalu menjadi 199.000 dengan nilai US$ 2,6 miliar.

Tak puas sampai di situ, tahun ini TMMIN berharap kinerja ekspornya bisa terungkit hingga 217.000 unit mobil. “Kami berharap dukungan ini semakin besar sehingga performa ekspor ke negara tujuan yang sudah eksis dapat ditingkatkan serta perluasan ke negara-negara tujuan baru dapat segera dilaksanakan,” harap Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia.

Edward Otto Kanter, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor manufacturing Indonesia mengatakan, secara historis kinerja ekspor semester kedua lebih baik ketimbang semester pertama. Makanya TMMIN masih yakin mampu mencatatkan pertumbuhan 10% year on year (yoy).

Produk eksppor TMMIN sejatinya tak cuma mobil utuh. Mereka juga telah mengekspor 25.500 unit kendaraan terurai alias completely knock down (CKD), 54 juta komponen kendaraan, 26.100 unit mesin tipe TR dan NR 64.500 unit mesin tipe.

Agen pemegang merek (APM) mobil lain seperti PT Suzuki Indomobil Sales tak ketinggalan unjuk gigi. Sepanjang periode September 2018 hingga Maret 2019 nanti, perusahaan tersebut menargetkkan ekspor sebanyak 12.000 unit All New Ertiga. Total ada 29 negara tujuan ekspor. Gelombang perdana ekspor ke Filipina dan Meksiko.

Secara khusus Suzuki Indomobil menyiapkan pabrik di Cikarang, Jawa Barat, untuk menopang rencana ekspor. Dalam kesempatan sebelumnya, Setiawan Surya, Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales mengatakan, ekspor All New Ertiga tersebut bakal berkontribusi 45% terhadap total ekspor.

Perlu diketahui, itu baru target dari All New Ertiga. Pasalnya, Suzuki Indomobil juga menjagokan varian mobil lain di pasar mancanegara. “Kami juga mengekspor Karimun Wagon R serta APV (minibus dan pick up),” terang Harold Donnel, Head of 4W Brand Development and Marketing Research PT Suzuki Indomobil Sales, Rabu (5/9).

Sementara Mitsubishi Motors menjagokan small multipurpose vehicle (MPV) Xpander. Sejauh ini, mereka memproduksi Xpander di pabrik Bekasi, Jawa Barat. Adapun ekspor Xpander berlangsung sejak April 2018.

Lantaran permintaan pasar yang tinggi di kawasan Asia Tenggara, Mitsubishi Motors pun meningkatkan jumlah produksi. Untuk periode tahun fiskal 2018, semula mereka menargetkan volume produksi 100.000 unit Xpander untuk pasar ekspor. Belakangan, target produksi tersebut naik menjadi 120.000 unit. Peningkatan target volume produksi itu juga untuk mengantisipasi waktu tunggu pemesanan alias inden.

Sejalan dengan terget peningkatan ekspor, PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), berinvestasi untuk menambah fasilitas pengelasan dan perakitan. Kini mereka memiliki kemampuan produksi 10.000 unit Xpander per bulan. “Dengan target proposi 60%-70% untuk kebutuhan domestik dan sisanya ekspor,” tutur Bambang Kristiawan, Head of PR dan CSR PT Mitsubishi Motors Karma Yudha Sales Indonesia saat di hubungi, Rabu (5/9).

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only