PPh Impor Berefek ke Arus Kas Emiten

JAKARTA. Kenaikan pajak penghasilan (PPh) impor diyakini tidak akan mengganggu kinerja emiten peritel, seperti Erajaya Swasembada (ERAA) dan Ace Hardware (ACES). Seperti diketahui, mulai 15 September 2018, pemerintah memberlakukan tarif PPh impor barang konsumsi elektronik dan kebutuhan sehari-hari sebesar 10%.

Direktur Pemasaran dan Komunikasi ERAA Djatmiko Wardoyo mengklaim, porsi barang impor yang dijual ERAA relatif minim. Sebagian besar produk dipasok dari lokal. Berdasarkan laporan keuangan ERAA kuartal II-2018, kontribusi pendapatan terbesar dari penjualan ponsel dan tablet.

Peringkat teratas penjualan ponsel yaitu merk Xiaomi 35,54%, Samsung 26,09% dan Apple 9,60%. “Dengan adanya TKDN (tingkat komponen dalam negeri), sebenarnya produk yang kami jual sudah dirakit di Indonesia, otomatis pembelian kami dari sini,” kata Djatmiko, Senin (10/9).

Lanjut Jatmiko, efek kenaikan PPh pada kinerja keuangan tidak akan signifikan. Sebab, PPh sifatnya tidak final dan akan diperhitungkan kembali setelah tahun berjalan. Pajak ini juga tidak dibebankan kepada konsumen langsung. Berbeda jika yang diterapkan PPN, karena pajak tersebut akan dilimpahkan kepada konsumen.

Hanya, kata dia, efeknya pada cost of fund yang otomatis harus ditambah di awal. Meski begitu, biaya tersebut bisa ditarik kembali. “Sehingga, kalaupun biaya tersebut harus disesuaikan pada harga jual produk, tidak lebih dari 1%,” papar Jatmiko.

Helen Tanzil, Sekretaris Perusahaan ACES, juga menyatakan, kenaikan tarif PPh impor tidak akan berdampak signifikan pada kinerja keuangan. Memang, saat ini porsi barang impor lebih dari 50%. Tapi, sejak awal produk-produk perkakas rumah tangga yang dijual ACES sudah dikenakan PPh impor.

“Pengaruhnya hanya pada arus kas,” kata Helen, Minggu (11/9). Dengan begitu, ACES mempertahankan target kinerja. Hingga akhir 2018, penjualan ditarget naik 15% year on year (yoy) menjadi Rp 6,8 triliun. Laba dipatok tumbuh 16% menjadi Rp 900 miliar.

Pengaruh arus kas Christine Natasya, analis Mirae Asset Sekuritas, dalam riset 5 September 2018, juga menilai, kenaikan PPh hanya akan berefek negatif dari sisi arus kas saat membeli persediaan. Dari sisi laba tidak akan terpengaruh pada ACES.

Berdasarkan pengalaman kenaikan tarif PPh impor pada 2014, tagihan itu dapat dikreditkan ke pajak perusahaan pada akhir tahun fiskal.

Per semester I-2018, ACES juga masih memiliki kas Rp 821 miliar dan persediaan selama 198 hari. Sehingga, emiten ini dinilai mampu beradaptasi dengan perubahan tarif pajak. Maka, Christine mempertahankan rekomendasi beli ACES. Target harga dalam 12 bulan mendatang di Rp 1.540 per saham.

Analis Trimegah Sekuritas Rovandi sependapat, PPh impor tidak mempengaruhi laba bersih emiten. Dampaknya hanya pada cash ? ow. “Umumnya perusahaan besar tidak bermasalah pada cash flow, apalagi hanya untuk pajak,” tutur dia.

Meksi begitu, lanjut Rovandi, prospek saham ACES mulai terbatas tahun ini, karena penurunan daya beli dan pelemahan rupiah. Prediksi dia, harga ACES akhir tahun ini di kisaran Rp 1.100-Rp 1.200.

Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji menilai, ERAA yang menjual beragam merek ponsel tidak akan terpengaruh dari sisi permintaan. Meski harga ponsel naik, kebutuhan diperkirakan terus tumbuh dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar.

Di sisi fundamental, valuasi ERAA masih murah, setara price to earning (PER) 8,64 kali. Emiten ini juga masih menggelar ekspansi gerai sehingga penetrasi bisnis semakin luas. Nafan merekomendasi cicil beli ERAA dengan target harga Rp 2.530. Senin, ERAA di level Rp 2.350 dan ACES di Rp 1.255.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only