Pelemahan Rupiah Bisa Menekan Defisit Anggaran

Pelemahan rupiah bakal mendongkrak kinerja penerimaan pajak dan PNBP

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus menjauh dari target dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Meski tak ada APBN Perubahan 2018, pemerintah optimistis pelemahan rupiah tidak akan merugikan anggaran. Bahkan penurunan nilai tukar rupiah berpotensi mengurangi defisit anggaran pemerintah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan, tahun ini rata-rata nilai tukar rupiah adalah sebesar 14.100-14.200 per dollar Amerika Serikat (AS). Angka itu jauh dari ketetapan kurs rupiah di asumsi makro APBN 2018 yang hanya Rp 13.400 per dollar AS. “Rata-rata nilai tukar rupiah Januari hingga 7 September masih 13.977 per dollar AS, sedangkan keseluruhan hingga akhir tahun diperkirakan 14.100-14.200,” jelas Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Kamis (13/9).

Meski realisasi kurs rupiah bakal lebih tinggi dari target, namun Kemkeu memastikan tidak ada masalah atas APBN 2018. Pasalnya, pelemahan rupiah berdampak positif bagi anggaran. Pendapatan negara semakin besar karena penerimaan pajak dan bukan pajak bakal bertambah.

Berdasarkan analisa sensitivitas asumsi dasar ekonomi makro APBN 2018, setiap rupiah melemah 100 poin terhadap dollar AS, penerimaan pajak bertambah Rp 2,1 triliun-Rp 2,16 triliun. Lalu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) bertambah Rp 1,7 triliun-Rp 2,5 triliun. Sehingga total penerimaan negara bertambah sekitar Rp 3,8 triliun-Rp 5,1 triliun.

Dengan perkiraan rata-rata kurs rupiah tahun ini 14.100, maka terdapat pelemahan sebesar 700 poin. Walhasil penerimaan negara berpotensi bertambah Rp 26,6 triliun-Rp 35,7 triliun. Bahkan, efek pelemahan rupiah terhadap penerimaan negara sudah terasa pada pendapatan pajak hingga 31 Juli 2018. Pada periode tersebut penerimaan pajak mencapai Rp 687,17 triliun, tumbuh 14,36%. Sedangkan PNBP sudah mencapai Rp 211,03 triliun, tumbuh 22,53%.

Dirjen Anggaran Kemkeu Askolani menegaskan, pelemahan rupiah berefek positif bagi anggaran karena berpotensi mengurangi besaran defisit anggaran.

Pemerintah tahun ini menargetkan defisit anggaran Rp 325,33 triliun atau 2,19% terhadap produk domestik bruto (PDB). Hingga 31 Juli 2018, defisit anggaran baru mencapai Rp 151,3 triliun atau 1,02% terhadap PDB. Periode sama tahun lalu, defisit anggaran mencapai Rp 210,04 triliun atau 1,56% dari PDB.

Harga batubara

Namun Askolani enggan memprediksi realisasi defisit anggaran hingga akhir tahun. Alasannya, pendorong penerimaan negara bukan hanya dari pelemahan rupiah. “Ada faktor harga komoditas, sekarang kami pantau harga batu-bara. Itu akan menambah PNBP,” jelas Askolani.

Harga batubara memang dalam tren naik. Rata-rata harga batubara pada Januari-Agustus 2018 mencapai US$ 99,18 per ton. Harga batubara diperkirakan naik lagi, karena mulai September harga batu-bara bergerak di atas US$ 110 per ton. Bahkan, harga batu- bara di bursa Newcastle pada 12 September 2018 mencapai US$ 114,7 per ton.

Efeknya hingga 31 Juli 2018, PNBP dari pertambangan minerba mencapai Rp 16,44 triliun atau 92% target APBN.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only