BI: Aliran Modal Asing Sudah Masuk ke Indonesia

JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan aliran modal asing sudah kembali negara-negara di pasar sedang berkembang atau emerging markets, termasuk Indonesia.

Pelaku pasar asing merespons langkah pemerintah Indonesia yang dinilai cukup antisipatif dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global dan keseriusan untuk menurunkan defisit transaksi berjalan.

Seperti diketahui, saat ini yang menjadi tantangan ekonomi Indonesia adalah melebarnya defisit transaksi berjalan lantaran arus modal masuk yang seret. Bahkan, investasi portofolio tercatat negatif pada triwulan pertama 2018.

Sebagai perbandingan, investasi langsung yang masuk ke Indonesia di tahun 2017 tercatat sebesar Rp 19,4 triliun, sedangkan pada triwulan pertama tahun ini, investasi yang masuk hanya Rp 2,9 triliun.

Pada triwulan kedua 2018, investasi langsung kembali turun menjadi Rp 2,5 triliun. Di pasar saham misalnya, sejak awal tahun ini, pelaku pasar sudah mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp 51,57 triliun.

“Sejumlah investor global sudah mulai melihat, tidak bisa terus-terusan menaruh aset atau cash di AS, ini juga sudah kelihatan bahwa beberap minggu terakhir aliran modal masing dari global ke emerging markets berlangsung, termasuk ke Indonesia, seperti tingginya minat investor asing ke pembelian lelang Surat Berharga Negara,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di GedungBank Indonesia, Jakarta, Kamis (27/9/2018). 

Perry menilai, investor global juga telah melakukan diferensiasi terhadap negara emerging markets yang melakukan kebijakan secara hati-hati (prudent), antisipatif sebagaimana yang dilakukan Indonesia.

“Indonesia terdiferensiasi dari negara emerging lain, dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang pre-emptive, kebijakan fiskal yang hati-hari, dan keseriusan pemerintah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan,” imbuhnya.

Seperti diketahui, pemerintah memang terus berupaya menekan transaksi berjalan yang pada triwulan kedua defisit sebesar 8,02 miliar dolar AS atau 3,04 persen Produk Domestik Bruto meningkat dari triwulan sebelumnya yang defisit 2,21 persen PDB atau setara 5,71 miliar dolar AS dengan berbagai kebijakan, seperti penerapan mandatori B20, pembatasan impor melalui dengan menaikkan tarif pajak penghasilan (PPh) pasal 22 terhadap 1.147 komoditas barang konsumsi.

“Dengan langkah itu keyakinan investir global akan kuat mendukung aliran modal asing porotfolio ke Indonesia dan menukung stabilitas nilai tukar rupiah maupun makroekonomi dan sistem keuangan keseluruhan,” imbuhnya.

Sementara itu, Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, upaya pemerintah dalam memperbaiki defisit transaksi berjalan cukup tepat dengan kewajiban mandatori biodiesel 20 persen dan pengendalian impor, hanya saja menurutnya juga penting untuk terus meningkatkan dari sisi ekspornya.

“Upaya pemerintah sudah tepat seperti kewajiban B20 dan pengenaan PPh impor barang konsumsi. Tinggal menjaga efektivitasnya serta mencari upaya lain yang bisa mengurangi impor dan meningkatkan ekspor,” tutur Piter.

Sumber: tribunnews.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only