JAKARTA. Para ekonom memproyeksikan defisit transaksi berjalan (current account deficit) di kuartal III akam melebar dibandingkan CAD di kuartal sebelumnya. Pelebaran CAD masih akan terjadi meski neraca perdagangan Indonesia di periode September 2018 surplus US$ 230 juta.
Tercatat defisit transaksi berjalan kuartal II 2018 mencapai US$ 8 miliar atau 3,0% dari PDB. Angka tersebu tlebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, yakni US$ 5,7 miliar atau 2,2% dari PDB.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memproyeksikan CAD kuartal III 2018 masih akan melebar ke 3,2%. Penyebabnya, permintaan valas untuk kebutuhan impor masih tinggi ditambah untuk membayar kebutuhan jasa seperti membayar dividen dan bunga.
CAD masih akan melebar karena kondisi pasar keuangan juga masih negatif dengan aksi capital outflow investor asing. “Saat asing menjual obligasi pemerintah atau saham itu akan menambah permintaan valas,” kata David, Senin (15/10).
Selain itu, kemungkinan asing keluar juga bukan hanya dari pintu pasar keuangan melainkan dari pintu foreign direct investment (FDI). “FDI juga bisa keluar dan mendorong peningkatan permintaan valas jika sumber dana berasal dari dalam negeri,” lanjut David.
Oleh karena itu, David memproyeksikan kemungkinan CAD kuartal III masih akan melebar di 3,2% dari PDB karena di Juli dan Agustus David juga mengamati impor masih cukup kencang dilakukan terutama di sektor migas.
Sementara, untuk akhir tahun, David memproyeksikan CAD berkemungkinan menyempit ke 2,7%-2,8%. Penyebabnya, memang secara musiman di akhir tahun permintaan valas menurun.
David berharap kebijakan pemerintah terkait pencampuran minyak sawit atau CPO ke Solar sebesar 20 persen (B20) bisa berefek positif dalam mengurangi impor migas. Perlahan, efek kebijakan tersebut mulai terlihat di September tren impor migas turun 25%.
“Jika kenaikan pajak pada 1.147 produk impor bisa mengurangi permintaan valas maka defisit transaksi berjalan jadi lebih terkendali di kuartal IV,” kata David.
Senada, Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memproyeksikan CAD di kuartal III 2018 akan melebar di 3,2% hingga 3,5% terhadap PDB. Menurutnya, dampak pembatan impor dari pemeirntah belum signifikan mempengaruhi.
“Laju impor yang melambat di September 2018 secara keseluruhan belum terlalu kelihatan, impor mulai turun karena siklus juga,” kata Josua.
Hingga akhir tahun Josua memproyeksikan rupiah berada di rentang Rp 14.900 per dollar AS hingga Rp 15.100 per dollar AS.
Sumber: Kontan
Leave a Reply