Klaim Penerimaan Negara Semakin Baik

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus menjaga stabilitas dan penguatan fundamental ekonomi. Itu penting sebagai landasan pertumbuhan ekonomi yang positif. Salah satu fokus yaitu menjaga stabilitas dan penguatan fundamental ekonomi domestik.

Pada September sejumlah capaian positif ditorehkan. Misalnya, Neraca Perdagangan pada September 2018 mengalami surplus USD 0,23 miliar. Stabilitas ekonomi nasional masih tetap terjaga, di mana selama Agustus-September terjadi deflasi masing-masing 0,05 persen dan 0,18 persen, meski terdapat tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Selain itu, realisasi penerimaan negara didukung capaian pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan hibah hingga akhir September 2018 melebihi target. ”Capaian positif itu berkontribusi terhadap pencapaian realisasi penerimaan negara Rp 1.312,32 triliun atau sebesar 69,26 persen dari target APBN 2018,” tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (17/10).

Adapun penerimaan negara berasal dari penerimaan perpajakan mencapai Rp 1.024,51 triliun atau 63,32 persen dari target APBN 2018, PNBP sejumlah Rp 281,37 triliun atau 102,16 persen dari target APBN 2018, dan Hibah senilai Rp6,45 triliun setara 538,56 persen dari target APBN 2018. Berdasar pola pertumbuhannya secara year-on-year (yoy), realisasi penerimaan perpajakan tumbuh 16,55 persen, dan PNBP tumbuh 27,13 persen.

 

Sementara itu, penerimaan perpajakan dan realisasi penerimaan pajak serta Kepabeanan dan Cukai mencapai pertumbuhan sangat baik. Sampai akhir September 2018, realisasi penerimaan pajak dan penerimaan kepabeanan Rp 00,86 triliun atau 63,26 persen dan cukai Rp 123,64 triliun atau 63,70 persen dari target APBN 2018. ”Sementara itu, penerimaan  komponen cukai, Bea Masuk (BM), dan Bea Keluar (BK) juga masih tumbuh secara signifikan, dan mampu mendorong realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai secara keseluruhan tumbuh positif mencapai 14,24 persen (yoy),” jelasnya.

Realisasi PNBP mengalmi kenaikan seiring peningkatan harga komoditas. Capaian realisasi PNBP sampai dengan September 2018 mencapai Rp 281,37 triliun atau 102,16 persen dari APBN tahun 2018. Realisasi itu mengalami pertumbuhan 27,13 persen dibanding realisasi periode sama tahun lalu. Kenaikan itu antara lain akibat peningkatan harga komoditas, khususnya harga minyak bumi dan batu bara pada 2018.

Selanjutnya, sisi belanja begara, penyerapan terlaksana sesuai dengan rencana. Di mana, realisasi sampai akhir September 2018 telah mencapai Rp 1.512,55 triliun atau sekitar 68,1 persen dari pagu APBN. Penyerapan belanja itu tumbuh 10,0 persen dibanding realisasi periode sama tahun sebelumnya.

Sebelumnya, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal meminta pemerintah tidak berpuas diri. Itu menyusul torehan positif neraca perdagangan pada September 2018. ”Surplus neraca dagang tidak bisa dijadikan pijakan kalau situasi terlihat positif. Apalagi, September itu tahun sebelumnya ada penurunan impor,” ingat Faisal.

Menurutnya, salah satu penyumbang defisit karena impor migas besar. Karena itu, pemerintah harus terus melakukan sejumlah hal untuk mengurangi ketergantungan impor migas. Program B20 cukup efektif. ”Kemudian dari sisi efektifitas kebijakan, harus dilakukan,” pungkasnya.

Sumber Indopos

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only