Jakarta – Pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 diperkirakan di angka 5,05 persen. Prediksi ini lebih rendah dibandingkan realisasi kuartal II 2018 yang sebesar 5,27 persen dan kuartal I 2018 yang sebesar 5,06 persen.
“Pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 diprediksi sebesar 5,05 persen,” ujar Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (5/11/2018).
Dia menjelaskan, faktor yang menyebabkan pertumbuhan ini lebih rendah yaitu kinerja ekspor tumbuh tapi cukup lambat karena pengaruh proteksi dagang dari India yang menaikkan bea masuk CPO menjadi di atas 50 persen.
“Permintaan bahan baku dari negara tujuan ekspor tradisional juga masih loyo,” kata dia.
Konsumsi rumah tangga pasca Lebaran juga kembali ke kisaran 4,9 persen-5 persen. Ini artinya konsumsi yang selama ini berkontribusi dominan terhadap pertumbuhan ekonomi tidak mampu dorong pertumbuhan yang lebih tinggi.
“Bunga bank mulai naik jadi masyarakat lebih menahan diri untuk konsumsi barang. Efek pelemahan rupiah meskipun belum menaikan harga barang secara umum namun berpengaruh ke prilaku masyarakat yang menurunkan tingkat pengeluarannya,” kata dia.
“Selain itu ada ekspektasi kenaikan harga BBM jenis nonsubsidi masyarakat lebih banyak berhemat dan berjaga-jaga,” lanjutnya.
Sisi Investasi
Sedangkan dari sisi investasi, pengaruh eksternal dan tahun politik membuat investasi asing (foreign direct investment/FDI) mengalami penurunan. Hal ini berdasarkan data realisasi investasi kuartal III yang turun 1,6 persen.
“Sektor manufakturnya juga belum nendang. Ini yang jadi kekhawatiran. Produksi industri sedang dan besar growth-nya cuma 5,04 persen di kuartal III 2018. Sementara di kuartal III 2017 sebesar 5,46 persen,” ungkap dia.
Jenis-jenis industri manufaktur yang mengalami penurunan produksi (yoy) tertinggi pada kuartal III 2018 dibandinga periode yang sama di 2017 antara lain:
– Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik, turun 22,31 persen
-Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan, turun 14,61 persen
– Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia, turun 8,72 persen
– Industri Pengolahan Lainnya, turun 1,32 persen.
Pendorong Pertumbuhan Ekonomi
Sementara yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi ada di dua sektor yaitu belanja pemerintah dengan program bantuan sosialnya dan pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) terkait banyaknya pengeluaran lembaga politik jelang kampanye.
“Meski pun kalau ditotal porsi dua komponen itu yakni belanja pemerintah dan konsumsi LNPRT cuma 11 persen terhadap PDB, kurang signifikan,” tandas dia.
Sumber: liputan6.com
Leave a Reply