Pemerintah harus terus mendongkrak kinerja ekspor. Hal itu supaya neraca perdagangan terus surplus. Pengamat Ekonomi dari Indef Bhima Yudhistira mengatakan, ada beberapa solusi bagi pemerintah meningkatkan nilai ekspor. Misalnya memberikan pelonggaran setiap pungutan, khususnya ekspor CPO bisa diturunkan menjadi USD 15-20 per ton.
“Serta memperluas pasar baru seperti ke Afrika Tengah, Eropa Timur, dan Rusia. Selain itu pemerintah bisa memberikan keringanan pajak (tax holiday) untuk forwarder atau jasa ekspor dari Indonesia ke Afrika misalnya,” ujar Bhima saat diskusi Potensi Ekspor yang digelar Forum Warta Pena di Puri Denpasar Hotel, Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Sejauh ini pemerintah sudah banyak memberikan insentif berupa tax holiday dan tax allowances, lanjut Bhima, tapi sayang insentif yang diberikan terlalu umum tidak menyasar kebutuhan sektoral yang spesifik. “Problem lain ada pada proses perizinan dan insentif fiskal yang belum terintegrasi, serta lamanya pengurusan pajak bagi para pelaku usaha termasuk eksportir,” jelas Bhima.
Berdasarkan data BPS secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–September 2018 mencapai USD 134,99 miliar atau meningkat 9,41 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai USD 122,31 miliar atau meningkat 9,29 persen.
Bhima memperkirakan ekspor tahun depan bisa mencapai 9,5 -10 persen year on year dimana ekspor tekstil pakaian jadi ke AS yang masih solid (Jan-Sept 2018 tumbuh 29,8 persen), serta terbukanya penjualan produk ke luar negeri, seperti kulit, besi baja, barang dari kulit, ekspor makanan minuman dan pengolahan tembakau.
Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Handito Hadi Joewono mengatakan, salah satu upaya untuk mendorong nilai ekspor dengan memasuki pasar baru ekspor.
“Selain itu Kadin sudah meluncurkan Gerakan Ekspor Nasional. Untuk menambah jumlah eksportir, satu dari kalangan perguruan tinggi, mahasiswa, Kedua dari IKM, industri kecil menengah. Eksportir baru yang punya barang. industri fashion, dan sebagainya Kemudian UKM. Karena kalau semua produsen dijadikan eksportir juga tidak efisien,” ujarnya.
Ketua Bidang Komunikasi GAPKI Tofan Mahdi optimis tahun ini produksi minyak sawit diperkirakan mencapai 42 juta ton dimana 31 juta ton diantaranya terserap di pasar ekspor.
“Sawit merupakan salah satu penyelamat devisa. Nilai ekspor pada tahun 2017 mencapai USD 22,9 miliar,” pungkasnya.
Sumber : indopos.com
Leave a Reply