Jurus Simple Sri Mulyani Agar Rupiah Menguat: Komunikasi!

Jakarta, Pengetatan likuiditas yang terjadi di perekonomian global membuat sejumlah negara berlomba-lomba untuk menarik aliran modal kembali ke negaranya masing-masing, tak terkecuali Indonesia.

Derasnya aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik, pada akhirnya membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjerembab. Bahkan lebih parahnya, transaksi berjalan Indonesia pun ikut-ikutan terpengaruh .

Dalam kondisi seperti ini, komunikasi terhadap investor memegang peranan penting untuk meyakinkan pelaku pasar bahwa Indonesia bukan termasuk negara-negara yang cukup rentan, terutama dari sisi internal.

Hal tersebut dikemukakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Jumat (9/11/2018), merespons pergerakan nilai tukar rupiah yang bergerak bagaikan roller coaster mengikuti dinamika perekonomian dunia.

Itu Indonesia perlu untuk terus mengembangkan mengenai pentingnya fondasi-fondasi ini dikomunikasikan.Sri Mulyani

Berikut penjelasan lengkap Sri Mulyani saat ditemui di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak :

Sebetulnya kita lihat, persepsi terhadap perekonomian. Selama 2018 ini pertama, banyak yang bisa kita topang pada berdasarkan pondasi Indonesia. Kalau Pertumbuhan Ekonomi Indonesia kuat, di atas 5%, inflasi bisa dijaga rendah.

Kemudian APBN kita menunjukkan itu postur yang masih sehat dan kredibel, pembiayaan kita defisit makin turun. Kemudian belanja sektor rill masih maju kalau kita lihat penerimaan pajak, hampir semua sektor kontribusinya double digit growth. Itu indonesia perlu untuk terus mengembangkan mengenai pentingnya fondasi-fondasi ini dikomunikasikan.

Kita punya CAD dan itu kemarin tertrigger karena adanya masif capital outflow kembali ke Amerika. Tapi tentunya sekarang dengan perkembangan politik yang ada, kita berharap akan ada muncul rasionalisasi dari pelaku ekonomi global. Mereka akan melihat indonesia berbeda.

Saya kemarin ke Australia, kita ketemua dengan para investor, pelaku ekonomi, mereka melihat dan mendengar bahwa Indonesia berbeda sekali dengan negara yang vulnerable. Waktu saya di Singapura kemarin, kita juga bicara angka yang ada di Indonesia sangat positif. Jadi indonesia tidak seharusnya masuk ke negara vulnerable.

Makin kita berkomunikasi, kita berharap bahwa pelaku ekonomi terutama di tingkat regional dan global akan merecognize itu dan oleh karena itu pada saat mereka lebih rasional, kita akan mendapatkan apa yang disebut dengan capital inflow yang lebih positif. Tapi kita tetap harus hati-hati.

Politik secara global tetap cair, sebagai pengelola kebijakan ekonomi bersama dengan Menko dan menteri yang lain, bersama dengan bank sentral, OJK, poin yg paling penting dalam mengelola ekonomi. Guncangan ini harus punya fleksibilitas dan kemampun untuk mengabsorb. Itu yang kita siapkan. Dalam APBN, kami melihat bagaimana kalau terjadi guncangan, dan apakah kita mampu fleksibel dan mampu mengabsorb dari sisi keuangan dan dari sisi perbankan apakah mereka mampu adjust atau mengubah saat terjadi guncangan itu.

Jadi kita melihat bagaimana perekonomian kita itu fleksibel dan memiliki daya tahan dalam mengabsorb shock tapi di sisi lain terus maju. Growth tumbuh di atas 5, inflasi terjaga, jadi kita tetap terjaga.

Sumber : Cnbc Indonesia

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only