Darmin Sebut CAD Kuartal III Bengkak Akibat B20 Belum Optimal

Jakarta — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui melebarnya defisit transaksi berjalan (CAD) pada kuartal III 2018 akibat kebijakan pemerintah yang belum berjalan optimal, salah satunya implementasi program biodiesel 20 persen (B20).

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan pada periode JUli – Septmeber 2018 melebar dari US$8 miliar atau 3,02 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II 2018 menjadi US$8,8 miliar atau 3,37 persen terhadap PDB. Melebarnya defisit transaksi berjalan berimbas pada membengkaknya defisit neraca pembayaran Indonesia hingga kuartal III 2018 ari US$4,3 miliar pada kuartal II 2018 menjadi menjadi US$4,4 miliar.

Untuk menahan pelebaran CAD, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan, salah satunya program perluasan mandatori campuran biodiesel pada minyak Solar sebesar 20 persen (B20) dan pengetatan impor melalui kenaikan tarif pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 terhadap 1.147 komoditas.

“Kebijakan yang diambil belum efektif juga seperti B20 yang pada bulan pertama efektifnya baru 70 persen, termasuk (kebijakan) lain-lain. Kebijakan-kebijakan belum berdampak cukup terhadap CAD,” ujar Darmin usai menghadiri rapat koordinasi di kantornya, Jumat (10/11) malam.

Menurut Darmin, transaksi berjalan yang defisit sudah terjadi sejak Indonesia merdeka. Pasalnya, banyak produk yang belum bisa Indonesia hasilkan sendiri padahal produk-produk tersebut dibutuhkan, terutama bahan baku, barang setengah jadi maupun barang modal.

“Pernah mungkin (CAD) beberapa kuartal tidak defisit tetapi praktis sejak dulu kita defisit karena terlalu banyak produk yang tidak kita hasilkan,” ujarnya.

Namun, Darmin mengingatkan neraca pembayaran Indonesia tidak hanya terdiri dari neraca transaksi berjalan tetapi juga termasuk transaksi modal dan keuangan. Selama ini, CAD tidak terlalu dirisaukan mengingat masih bisa ditutup oleh surplus dari aliran modal dan portofolio.

“Sampai akhir 2012, surplus modal dan keuangan selalu bisa menutupi (CAD) dan kalau bisa menutup tidak masalah, kalau lebih malah cadangan devisanya akan naik,” ujar Mantan Gubernur BI ini.

Sementara, sampai kuartal II tahun surplus dari transaksi modal finansial mengecil karena tekanan modal keluar, tidak hanya berasal dari dividen tetapi saham dan surat berharga negara. Untuk itu, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang menarik investasi dan menjaga stabilitas ekonomi.

Selama seminggu terakhir, aliran modal mulai kembali masuk terlebih setelah keluar data pertumbuhan ekonomi kuartal III sebesar 5,17 persen. Meski laju pertumbuhannya sama dengan kuartal II 2018 namun lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal III 2017 yang hanya sebesar 5,06 persen.

“Artinya, CAD tidak bisa dilihat berdiri sendiri, harus dibandingkan dengan transaksi modal dan finansial. Kalau totalnya defisit, cadangan devisa (cadev) turun. Kalau nol, cadev tidak berubah. Kalau plus, cadev-nya nambah,” tegasnya.

Lebih lanjut, Darmin memperkirakan CAD pada kuartal IV bakal menurun mengingat dampak kebijakan yang dilakukan pemerintah sudah terlihat. Namun, Darmin belum bisa mengungkapkan angka proyeksinya. Secara umum, CAD tahun ini, Darmin memperkirakan akan berkisar atau di bawah tiga persen terhadap PDB.

“Biasanya (CAD) kuartal IV tidak lebih dari kuartal sebelumnya dan kami percaya beberapa kebijakan dampaknya mulai lebih banyak,” ujarnya.

 

Sumber : cnnindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only