Tekan CAD, Sri Mulyani: Optimalkan Langkah yang Telah Disusun

Jakarta – Pemerintah belum merencanakan langkah-langkah baru guna menekan defisit transaksi berjalan alias CAD. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berujar pemerintah masih mengoptimalkan langkah-langkah yang sebelumnya telah disusun.

“Saya rasa kami sudah membahasnya dalam sidang kabinet, juga bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, langkah-langkah yang dilakukan bersama kementerian dan lembaga, terutama dunia usaha dan dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan,” ujar Sri Mulyani di kantornya, Selasa, 13 November 2018.

Beberapa langkah yang sudah dirumuskan pemerintah guna menekan defisit transaksi berjalan antara lain perluasan mandatori penggunaan biodiesel dengan campuran 20 persen minyak sawit alias B20. Selain itu, pemerintah juga telah menaikkan tarif Pajak Penghasilan impor untuk sejumlah barang konsumsi guna mengerem laju impor. Pemerintah juga menyisir sejumlah proyek infrastruktur yang menggunakan banyak barang impor dan bisa ditunda.

“Itu kami akan jalankan dan monitor terus,” ujar Sri Mulyani. Pasca pengumuman mengenai melebarnya defisit transaksi berjalan yang melebar pada triwulan III 2018, rupiah terus mengalami pelemahan. Rupiah dibuka melemah ke level Rp 14.747 per dolar Amerika Serikat pada Senin, 12 November 2018. Kurs terus melemah menginjak Rp 14.895 per dolar AS pada hari ini.

Sebelumnya, Bank Indonesia mengumumkan kenaikan angka defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2018 menjadi US$ 8,8 miliar atau 3,37 persen dari Produk Domestik Bruto atau PDB. Angka tersebut lebih tinggi ketimbang triwulan sebelumnya yang sebesar US$ 8 miliar atau 3,02 persen PDB.

“Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2018 meningkat sejalan dengan menguatnya permintaan domestik,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Jumat, 9 November 2018. Dengan kenaikan angka tersebut, secara kumulatif hingga triwulan III CAD tercatat 2,86 persen PDB alias masih berada dalam batas aman.

Melebarnya defisit transaksi berjalan pada kuartal III 2018, ujar Agusman, dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa. Kata dia, turunnya kinerja neraca perdagangan terutama dipengaruhi oleh meningkatnya defisit neraca perdagangan migas.

“Defisit neraca perdagangan migas meningkat seiring naiknya impor minyak di tengah lonjakan harga minyak dunia,” ujar Agusman. Sementara peningkatan surplus neraca perdagangan barang nonmigas relatif terbatas akibat tingginya impor lantaran kuatnya permintaan domestik.

Di samping itu, melebarnya defisit neraca transaksi berjalan juga bersumber dari naiknya defisit neraca jasa, khususnya jasa transportasi. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan impor barang dan pelaksanaan kegiatan ibadah haji.

Kendati demikian, Agusman mengatakan pelebaran defisit neraca transaksi berjalan yang lebih besar masih bisa tertahan oleh meningkatnya pertumbuhan ekspor produk manufaktur. Itu juga didukung oleh kenaikan surplus jasa perjalanan seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, antara lain terkait penyelenggaraan Asian Games di Jakarta dan Palembang beberapa waktu lalu.

Sumber: bisnis.tempo.co

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only