JAKARTA. Pemerintah membatalkan rencana menaikkan cukai hasil tembakau tahun depan. Perolehan cukai tembakau juga diperkirakan sama dengan tahun ini. Keputusan ini tentu melegakan produsen rokok, seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Kenaikan cukai rokok yang selama ini selalu terjadi tiap tahun memang menjadi beban bagi industri rokok. Apalagi, tadinya pemerintah mematok cukai rokok tahun depan naik 10,04 % . Analis menilai , kinerja emiten rokok tahun depan bakal lebih oke.
Analis Danareksa Natalia Susanto melihat, keputusan pemerintah tersebut menghilangkan tekanan pada biaya produksi GGRM. Maklum, biaya cukai bisa mencapai 50 % -60 % dari total biaya produksi. “GGRM bisa mempertahankan harga jual, stok volume dan marjin bisa naik,” papar dia, Rabu (21/11) Pendapat Analis RHB Seku ritas Michael Wilson Setjoadi juga setali tiga uang. Cuma, seberapa positif dampak penundaan ini ke kinerja emiten akan bergantung pada persaingan di pasar. Selain itu, investor disarankan tetap mengamati apakah pemerintah akan mengeluarkan kebijakan lanjutan atau tidak.
Yang pasti, penjualan GGRM bakal lebih baik berkat penundaan kenaikan cukai tersebut. “GGRM penjualan nya akan lebih tinggi daripada HMSP,” prediksi Michael. Hitungan Michael, dengan keputusan penundaan cukai, penjualan GGRM akan naik 60 % . Sementara penjualan HMSP naik sekitar 55,5%.
Christine Natasya, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai, dengan tarif cukai yang stabil dan harga jual rata rata atau average selling price (ASP) rokok yang lebih ringan, berpotensi meningkatkan konsumsi rokok. Mengacu pada data Deloitte Consumer Insight, Christine menganalisa, rata-rata, rumah tangga Indonesia menghabiskan 3% – 5 % pendapatannya untuk produk tembakau, yaitu rokok. Kondisi tersebut menguntungkan bagi GGRM. “Apalagi, GGRM memiliki target pasar yang luas, khususnya konsumen berpenghasilan rendah sampai menengah, yang sensitif dengan kenaikan harga,” terang Christine.
Kinerja positif
GGRM juga masih bisa mencetak kinerja keuangan positif selama ini, meski cukai rokok naik. Pada kuartal tiga lalu, emiten ini mencatatkan laba bersih Rp 5,76 triliun, naik 6,31 % dibandingkan realisasi laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp 5,42 triliun.
Pertumbuhan laba ini lebih mini jika dibandingkan pertumbuhan pendapatan. Di sembilan bulan pertama tahun ini, GGRM mengantongi pendapatan Rp 69,89 triliun, naik 13,6 % secara year on year (yoy) dari Rp 61,52 triliun.
Pertumbuhan laba bersih tidak terlalu tinggi lantaran produk GGRM yang paling laku saat ini adalah produk yang harganya lebih murah. Seperti Gudang Garam Surya 16 dan Gudang Garam Surya Pro Mild. Secara tarif cukai sama, tetapi harga lebih murah,” kata Natalia.
Karena itu, penundaan kenaikan cukai rokok akan membuat margin GGRM lebih baik. Natalia juga menilai GGRM mampu menjaga volume produksi rokok. “Volume produksi masih baik, harga jual masih terjangkau,” papar dia. Christine memprediksi pendapatan GGRM tahun ini mencapai Rp 93,93 triliun, dengan laba bersih Rp 8 triliun. Tahun depan, ia memperkirakan pendapatan GGRM mencapai Rp 98,43 triliun dan laba bersih Rp 10,5 triliun.
Para analis memasang rekomendasi beli untuk GGRMM Natalia mematok target harga saham ini di Rp 84.000 per saham. Michael memasang target harga lebih tinggi, yakni Rp 100.000 per saham. Sedang target harga Christine sebesar Rp 93.000 per saham. Kemarin, GGRM ditutup di Rp 79.375 per saham.\
Sumber: Harian Kontan
Leave a Reply