Banyak Sentimen Positif, Akankah IHSG Lanjut Menguat?

Jakarta – Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan pada perdagangan hari ini berpotensi melanjutkan penguatan. Penguatan nilai tukar rupiah dan kondisi pasar global yang dihadapi ketidakpastian atas sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan juga kebijakan pemerintahannya.

Menurut Valbury Sekuritas Indonesia, dalam riset hariannya menyebutkan, sentimen pasar dari dalam negeri yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG antara lain, rencana pemerintah memfinalkan berbagai macam kebijakan di sektor perpajakan untuk menunjang sektor kegiatan investasi dan ekspor.

Kebijakan pertama rancangan Peraturan Menteri Keuangan akan segera diluncurkan di dalam rangka menunjang kegiatan ekonomi dan investasi. Pertama, untuk fasilitas pajak tidak langsung untuk bidang Hulu Migas dan pengalihan Participating Interest dan Uplift.

Kebijaka ini edang diselesaikan bersama-sama dengan Kementerian ESDM. Berikutnya, pemerintah menambah jumlah kegiatan ekspor jasa yang bisa mendapatkan fasilitas dari sisi perpajakan insentif dalam bentuk PPN tarif 0%, yaitu 7 jenis jasa baru yang sebelumnya selama ini hanya jasa makro.

Kedua, terkaitn dengan devisa hasil ekspor pemerinyah juga telah menyelesaikan kebijakan agar investor yang akan meletakkan depositonya di dalam negeri dari hasil ekspor terutama yang berasal dari sumber daya alam. Catatannya,  apabila investor tinggal 1 bulan, mendapatkan PPh depositonya menjadi hanya 10% dari yang tadinya di atas 15%; untuk yang 3 bulan, PPh final depositonya adalah 7,5%; untuk yang tinggal devisanya dalam waktu lebih dari 6 bulan akan 0%.

Di lain pihak, pemerintah bersikap optimistis meski diterpa banyak tantangan, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2018 akan tetap sesuai dengan ekspektasi. Optimisme pemerintah itu ditopang oleh berbagai hal antara lain pendapatan negara baik pajak, perpajakan, maupun PNBP terus menunjukkan tren yang positif. Per Oktober 2018, pendapatan negara telah mencapai Rp1.483,8 triliun atau 78,32% dari target sebesar Rp1.894,7 triliun..

Sementara itu, sentimen pasar dari luar negeri datang dari AS, Presiden Trump berselisih paham dengan Hakim Agung AS John Roberts tentang independensi peradilan. Roberts dengan keras mengkritik pernyataan Trump yang menuduh para hakim yang menentang kebijakan suaka imigrannya sebagai Hakimnya Barack Obama.

Peradilan AS menjadi semakin panas ketika Trump menunjuk Brett Kavanaugh sebagai hakim agung.. Roberts dan beberapa rekannya telah berusaha untuk mengubah persepsi peradilan AS telah menjadi institusi politis yang terbagi antara lima hakim konservatif dari partai Republik dan empat hakim liberal dari partai Demokrat. Pertama kalinya hakim agung menentang komentar presiden dalam sejarah modern AS.

Diperkirakan perekonomian AS akan semakin kehilangan tenaga pada tahun 2019, dengan pertumbuhan yang melambat dan resesi membayangi, akibat dari pemotongan pajak tahun ini.

Selain itu ada sejumlah faktor lainya yang layak diperhatikan seperti nilai tukar rupiah yang pagi ini tercatat menguat terhadap dolar AS. Kemudian harga minyak dunia, batu bara dan minyak sawit mentah yang sangat mempengaruhi ekonomi Indoensia yang harganya saat ini sedang jatuh.

May Cuan Be With You! Selamat bertransaksi saham.

 

Sumber : cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only