Perang Dagang Momentum Genjot Ekspor dan Investasi

Jakarta – Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok tidak berdampak langsung terhadap Indonesia. Namun, Indonesia bisa memanfaatkan hal itu untuk menggenjot ekspor dan investasi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, perang AS dan Tiongkok merupakan isu global yang hangat dan masih dibicarakan. Kedua negara saling membalas dan mengeluarkan kebijakan tarif bea masuk tinggi. Indonesia, kata Darmin, mempunyai hubungan dagang yang kuat dengan AS dan Tiongkok. Indonesia perlu memperbaiki kualitas ekonomi agar fundamental semakin kuat dalam menghadapi perang dagang dua raksasa ekonomi dunia itu. AS, kata dia, sudah menetapkan bea masuk (BM) tinggi untuk produk Tiongkok. Hal ini menyebabkan investor Tiongkok mulai mencari negara lain untuk investasi.

“Kesempatan inilah yang harus dimanfaatkan Indonesia dan Indonesia bisa menjadi bright star in the middle of trade war atau bintang terang di tengah perang dagang. Indonesia harus memperbaiki kualitas ekonomi, karena saat ini bukan pilihan utama, masih ada Thailand, Vietnam, dan India,” ujar dia di Jakarta, Rabu (28/11).

Indonesia, kata dia, harus bisa bersaing dengan dua negara tersebut dan menjadi pilihan utama investasi dunia. Semakin banyak perusahaan berinvestasi di Indonesia, defisit transaksi berjalan menurun.

Selama perang dagang berlangsung, dia menuturkan, pemerintah terus mengeluarkan strategi untuk mendorong investasi, yang salah satunya tertuang dalam paket kebijakan ekonomi XVI, yaitu perluasan tax holiday, relaksaksi daftar negatif investasi (DNI), dan peningkatan devisa hasil ekspor (DHE). Paket kebijakan tersebut, kata dia, diharapkan membuat ekonomi lebih baik lagi.Insentif pajak untuk sektor industri juga penting. Beberapa industri yang perlu diberikan insentif adalah besi dan baja, petrokimia, dan kimia dasar.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati mengatakan, perang dagang AS dan Tiongkok memberikan dua dampak ke Indonesia, bisa negatif dan positif. Dampak positifnya adalah perang dagang akan meningkatkan aliran dana investasi langsung kepada negara berkembang Indonesia sebaiknya terus memperbaiki fundamental ekonomi agar investor tertarik masuk.

Adapun dampak negatif dari perang dagang, kata dia, adalah menimbulkan siklus perdagangan yang tidak pasti. Capital outflow AS dan Tiongkok tidak menentu dan ketidakpastian bisa membahayakan negara berkembang.

Dia menilai, perang dagang tidak perlu menjadi momok. Indonesia bisa memperbaiki kualitas produk ekspor dan mengambil peluang di tengah perang dagang. Selain itu, Indonesia bisa memperluas akses ekspor ke Afrika karena menjanjikan.

Sumber: beritasatu.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only