Pabrikan AS: Bea Impor Trump Kerek Harga Barang

Indonesia – Perang dagang pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang meluas akan menaikkan harga berbagai produk untuk konsumen dalam negeri tetapi tidak akan mengembalikan banyak pekerjaan manufaktur yang telah pindah ke luar negeri.

Itulah yang dikatakan lebih dari 800 perusahaan dalam survei yang dirilis oleh sebuah perusahaan riset ekonomi yang berbasis di London, IHS Markit, Kamis (29/11/2018).

Ketika pemerintah menaikkan tarif impor pada bulan Juli, Presiden Donald Trump berkeras bahwa bea masuk yang lebih tinggi akan mendorong produsen AS membawa pekerjaan luar negeri kembali ke dalam negeri.

Sebaliknya, lebih dari empat dari 10 perusahaan yang disurvei mengatakan mereka berencana menaikkan harga untuk mengimbangi biaya produksi yang lebih tinggi. Hanya satu dari 10 yang mengatakan mereka berencana untuk mengurangi bagian dari total output yang diproduksi di luar AS.

Kira-kira sejumlah yang sama juga mengatakan tarif akan mendorong mereka untuk memindahkan lebih banyak pekerjaan ke luar negeri.

Trump telah berulang kali menyebut penciptaan tenaga kerja AS sebagai bukti bahwa strateginya berhasil. Pada hari Rabu, dia mengutip rencana sebuah pabrikan baja untuk menciptakan 600 pekerjaan baru, dilansir dari CNBC International.

Tetapi keuntungan tersebut akan ditekan oleh berita awal pekan ini bahwa General Motors berencana memangkas sekitar 14.000 pekerjaan dalam restrukturisasi besar-besaran yang harus dilakukan akibat melemahnya pertumbuhan penjualan.

Meskipun perusahaan tidak secara khusus mengutip tarif pemerintah Trump, namun produsen AS itu telah terpukul keras oleh kenaikan harga baja yang diakibatkan oleh bea masuk AS yang lebih tinggi pada baja yang diimpor.

Meskipun banyak perusahaan telah mencoba mempertahankan bisnis dengan menaikkan harga, namun biaya tarif impor yang lebih tinggi pada akhirnya akan ditanggung oleh konsumen.

Sebuah studi baru-baru ini memperkirakan dampak ekonomi dari upah yang hilang dan pengeluaran yang lebih tinggi per rumah tangga pada tahun 2019 mencapai US$2.400 (sekitar Rp 35 juta).

Mengutip praktik perdagangan yang tidak adil, Trump memberlakukan 10% tarif masuk pada US$ 200 miliar impor China pada bulan September. China membalas dengan mengenakan pajak barang senilai US$ 60 miliar.

Bea masuk AS dipastikan akan meningkat menjadi 25% pada bulan Januari. Trump juga mengancam akan mengenakan bea masuk lebih dari US$267 miliar pada lebih banyak barang jika Beijing tidak memenuhi tuntutannya. Jumlah itu mencakup hampir semua ekspor China ke AS.

Karena tarif impor China menyapu lebih banyak keuntungan, pabrikan AS yang memiliki operasi di negara itu berusaha mencari alternatif lain. Tetapi hanya sedikit yang memindahkan kegiatan usahanya kembali ke dalam negeri, menurut survei terpisah pada bulan Oktober oleh Kamar Dagang Amerika di China Selatan.

Sebaliknya, lebih dari 70% perusahaan AS yang beroperasi di China selatan menunda investasi lebih lanjut di sana dan memindahkan sebagian atau seluruh produksi mereka ke negara lain. Sekitar 64% dari lebih dari 400 perusahaan yang disurvei mengatakan mereka mempertimbangkan untuk merelokasi jalur produksi ke luar China, tetapi hanya 1% yang mengatakan mereka memiliki rencana untuk mendirikan pusat manufaktur di Amerika Utara.

Hampir separuh perusahaan yang disurvei juga mengatakan telah terjadi peningkatan hambatan non-tarif, termasuk peningkatan pengawasan birokrasi dan pengurusan bea cukai yang lebih lambat. Analis telah memperingatkan risiko semacam itu bagi perusahaan AS karena China semakin tidak mampu menandingi langkah AS berdasarkan nominal barang yang dikenai tarif.

Produsen China juga semakin tersendat oleh perang dagang. Pertumbuhan laba di berbagai perusahaan industri China melambat untuk bulan keenam berturut-turut pada Oktober karena pertumbuhan penjualan terus melambat.

Sumber: cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only